Bukan Mitos, Mudik ke Bone Bisa Ketemu Kera Putih yang Istimewa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Mitos, Mudik ke Bone Bisa Ketemu Kera Putih yang Istimewa

Muhammad Nur Abdurrahman - detikTravel
Kamis, 29 Jun 2017 18:22 WIB
Kera putih yang jadi pimpinan kawanan Kera Dare di Cagar Alam Karaenta (Nur Abdurrahman/detikTravel)
Maros - Kera putih bukanlah mitos belaka. Kamu yang mudik ke Bone atau Sinjai bisa berjumpa dengan kera ini di Cagar Alam Karaenta. Seperti apa wujudnya?

Warga Makassar dan sekitarnya yang mudik lebaran menuju Camba, Kab Bone dan Kab Sinjai, akan menyaksikan kawanan kera hitam Sulawesi (Macaca maura) di jalur Cagar Alam Karaenta, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kab Maros. Kawanan kera ini tentunya menjadi pemandangan menarik.

Di jalan yang berkelok-kelok ini, sekitar 50 kilometer dari Makassar, banyak pemudik yang singgah untuk melihat dari dekat gerombolan kera yang hidup di kawasan hutan lindung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang istimewa, dari kawanan satwa endemik Sulawesi yang biasa disebut Dare ini adalah menyaksikan kera putih yang merupakan pemimpin kelompok kera Dare tersebut.

Dari puluhan ekor kera yang bergerombol hanya terdapat dua ekor kera putih di sisi kiri dan sisi kanan jalan. Dua kelompok ini tidak menyatu dan dipisahkan jalan beraspal.

Kera putih punya cerita tersendiri bagi penduduk Maros (Nur Abdurrahman/detikTravel)Kera putih punya cerita tersendiri bagi penduduk Maros (Nur Abdurrahman/detikTravel)


Bagi masyarakat Maros, Kera Putih menjadi istimewa lewat cerita rakyat, yakni legenda Kera Putih Toakala, yang pernah menculik putri Raja Pattiro, Bissu Daeng. Kera putih Toakala ini kemudian dikutuk menjadi batu. Salah satu monumen pengkultusan kera putih dengan adanya patung kera putih setinggi 25 meter di depan pintu masuk kawasan wisata Air Terjun Bantimurung.

Meski polisi hutan telah memasang rambu larangan memberi makan ke kawanan kera ini, banyak pemudik atau pengguna jalan berhenti tetap memberi makanan, seperti kue, biskuit dan buah-buahan pada kera hitam.

Seperti yang dilakukan Tape Lotong, warga Cabbenge-Soppeng, yang singgah beristirahat di kawasan rindang sambil menyaksikan kawanan kera Dare bergerombol diberi makan oleh warga yang singgah.

Meski dilarang, warga tetap memberi makan (Nur Abdurrahman/detikTravel)Meski dilarang, warga tetap memberi makan (Nur Abdurrahman/detikTravel)


Memberi makan bagi kera hitam ini dilarang oleh polisi hutan, karena dianggap dapat mengganggu keberlangsungan hidup spesies primata khas Sulawesi ini.

Seperti yang diutarakan Anwar Lasappa, peneliti lingkungan hidup Fosil Indonesia, yang menganggap fenomena keluarnya kawanan kera dari habitatnya dapat mengganggu ekosistem dan keberlangsungan hidup kera, yang disebabkan adanya gangguan di dalam habitatnya, seperti aktivitas proyek pembangunan jalan layang yang sedang berlangsung tidak jauh dari cagar alam Karaenta.

"Kera ini akan mengalami ketergantungan jika terus diberi makan yang bukan makanan biasanya yang ada di hutan, tidak lama ia akan dijadikan hama oleh manusia," pungkas Anwar.
 Kera makan di depan mobil pemudik yang beristirahat (Nur Abdurrahman/detikTravel) Kera makan di depan mobil pemudik yang beristirahat (Nur Abdurrahman/detikTravel)
(mna/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads