Ranupani sebenarnya adalah nama desa, masuk wilayah Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Keberadaannya di atas ketinggian 2100 mdpl. Mayoritas warga merupakan Suku Tengger, suku keturunan Kerajaan Majapahit yang banyak menghuni sekitaran Gunung Bromo dan Semeru.
Setidaknya ada 1.302 jiwa menempati desa dengan luas area kurang dari 1.000 hektare ini. Mayoritas warganya adalah petani, kentang, brambang prei, serta kubis komoditas andalan hasil pertanian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selama perjalanan traveler akan melihat keindahan perbukitan di kaki Gunung Semeru. Desa pertama ditemui adalah Ngadas, juga tempat bermukim warga Tengger di wilayah Kabupaten Malang.
Wisatawan bisa terus melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai di Ranupani. Pesona danau yang terkenal bisa ditemui, sekaligus melihat hilir mudik pendaki Gunung Semeru.
Lahan pertanian dengan konsep terasering bisa sejuk dipandang mata, dan warga Ranupani dengan ciri khasnya mengenakan selimut (sarung atau kain) yang diikatkan menutup bagian punggung.
"Kami ini adalah warga asli Tengger, turun temurun sampai sekarang. Ranu adalah danau," kata Kepala Desa Ranupani, Sutamat ditemui detikTravek di kediamannya, Sabtu (5/8/2017).
![]() |
Danau Ranupani berada di ujung desa arah timur, akses menuju Kabupaten Lumajang. Tidak jauh berdiri Kantor Resort Ranupani Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, kantor Puskesmas Pembantu Ranupani dan area parkir bagi wisatawan maupun pendaki.
Ada tiga danau sebenarnya di desa ini Ranupani, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo di jalur pendakian. Orang Belanda di tahun 1910 sudah menginjak kaki di desa dengan intensitas hujan tinggi ini.
Khusus, Ranupani berada paling dekat dengan pemukiman, banyak di sekitarnya berdiri homestay atau basecamp pendaki.
"Iya ini danau biasa dikenal Ranupani itu, kalau ke Ranu Kumbolo bisa ditempuh selama 4 perjalanan. Untuk sampai Kalimati bisa 8 jam," terang salah satu petugas bernama Sapto di Resort Ranupani.
Kini Ranupani sudah banyak berubah dengan melimpahnya hasil pertanian, hingga membawa peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Rumah-rumah warga Ranupani tak lagi terbuat dari kayu, melainkan telah diubah menjadi bangunan modern.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus