Nuansa Magis Tari Lengger Tapeng di Kulonprogo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nuansa Magis Tari Lengger Tapeng di Kulonprogo

Shinta Angriyana - detikTravel
Rabu, 08 Nov 2017 07:20 WIB
Tari Lengger Tapeng (Shinta/detikTravel)
Kulonprogo - Tarian tradisional Indonesia, banyak yang unik untuk ditonton wisatawan. Di Kulonprogo ada Tari Lengger Tapeng yang langka dan bernuansa magis.

Tari Lengger Tapeng merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Desa Nglinggo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Tarian ini menggunakan topeng dan melibatkan beberapa penari dengan berbagai macam karakter. Seperti bidadari, hanoman, raksasa, hingga beberapa makhluk lainnya.

"Lengger, artinya tari dan Tapeng itu Tayub Topeng, makai topeng. Karena para penarinya memakai topeng ketika menari," ujar Teguh Kumoro, Kepala Desa Nglinggo, akhir pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarian ini termasuk langka dan jarang ditemui karena berasal dari desa setempat, Nglinggo. Bukan hanya sekedar warisan budaya, tarian ini juga memiliki beberapa makna.

Tarian ini juga menjadi atraksi untuk menyebarkan agama (Shinta/detikTravel)Tarian ini juga menjadi atraksi untuk menyebarkan agama (Shinta/detikTravel) Foto: Shinta/detikTravel
Jer basuki mawa bea, yang artinya membutuhkan sebuah modal untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam pepatah Jawa. Lengger Tapeng, juga menjadi salah satu bentuk ungkapan penebus nazar bagi masyarakat di Desa Nglinggo.

"Kalau warga sini punya doa, atau nazar, biasanya Lengger Tapeng ini jadi nazarnya. Digelar semalaman, mulai dari jam 8 malam. Selesainya bisa pagi dini hari," ujar Teguh.

Doa yang dipanjatkan bermacam-macam. Mulai dari meminta rezeki, menyekolahkan anak, hingga cepat panen. Ini karena mayoritas penduduk adalah petani. Dulunya, tarian ini merupakan media penarik masyarakat setempat untuk menyebarkan Agama Islam oleh Sunan Kalijaga.

"Jadi, dulu Sunan Kalijaga menggunakan atraksi tarian ini, buat menyebarkan agama," tambah Teguh.

Salah satu aksi penari Lengger Tapeng (Shinta/detikTravel)Salah satu aksi penari Lengger Tapeng (Shinta/detikTravel) Foto: Shinta/detikTravel
Seperti yang diketahui, penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa memang mayoritas dilakukan oleh Wali Songo. Tarian ini juga memiliki unsur magis.

Saat pertunjukan, tidak sedikit dari penari 'kemasukan' arwah-arwah yang konon adalah leluhur. Mereka menari di alam bawah sadar, hanya mengikuti alur tarian.

Biasanya, diiringi dengan tatapan kosong, dengan badan yang masih menggolek mengikuti alunan musik. Saat berperan menjadi hewan, maka penari akan bertingkah laku seperti hewan. Berperan menjadi burung, ditirukanlah kelakuan burung tersebut.

"Ini akan berlangsung sampai tarian mau selesai, kalau tidak dalam kepentingan wisata, ya sampai dini hari lah," tambah Teguh.

Salah satu penari yang 'kemasukan' (Shinta/detikTravel)Salah satu penari yang 'kemasukan' (Shinta/detikTravel) Foto: Shinta/detikTravel
Sang penari juga tidak lepas begitu saja. Kondisi ini dinamakan 'mabuk' oleh para pelakon. Didampingi oleh seorang ahli yang sudah berpengalaman, penari akan dijaga dan dibantu sadar jika sudah terlewat batas.

Saat ini, Lengger Tapeng memang dijadikan atraksi wisata oleh Desa Nglinggo. Namun, tidak jarang warga juga masih menjadikannya penebus doa. Tidak hanya itu, tari ini juga masih dilestarikan warga setempat.

"Ini memang kita lestarikan setiap generasi, sampai saat ini sudah generasi ke 4. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa yo masih ada," ujar dia.

Saat tari ini berlangsung, bukan hanya menarik wisatawan yang hadir dan berkunjung ke Desa Nglinggo. Tetapi atraksi ini juga masih menarik warga sekitar, yang berkumpul dan menonton saat para pelakon menunjukkan tarian ini.

"Dari pertunjukan warga kan juga berkumpul, ya menambah nilai silaturahmi postifnya," kata Teguh.

Penari yang berusaha mengeluarkan arwah dari tubuh pelakon lain (Shinta/detikTravel)Penari yang berusaha mengeluarkan arwah dari tubuh pelakon lain (Shinta/detikTravel) Foto: Shinta/detikTravel
(bnl/fay)

Hide Ads