Kisah Kelapa Penawar Racun Peninggalan Raja Pertama Cirebon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Kelapa Penawar Racun Peninggalan Raja Pertama Cirebon

Sudirman Wamad - detikTravel
Sabtu, 16 Des 2017 18:15 WIB
Foto: Kelapa janggi, kelapa penawar racun peninggalan Raja Cirebon (Sudirman/detikTravel)
Cirebon - Ini kelapa bukan sembarang kelapa. Kelapa janggi adalah kepala penawar racun peninggalan Pangeran Cakrabuana, Raja Pertama Cirebon. Seperti apa kisahnya?

Pangeran Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa. Bahkan, Pangeran Cakrabuana dikenal sebagai raja pertama di Cirebon.

Peninggalannya di Cirebon tak bisa dihitung dengan jari. Selain kekeratonan, benda pusaka, tempat ibadah, dan lainnya. Dari sekian banyak peninggalannya itu, ada salah satu peninggalannya yang unik. Ya, namanya Tempurung kelapa janggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelapa janggi ini bentuknya berbeda dari beberapa spies kelapa yang ada di Indonesia. Ukurannya lebih besar, bentuknya lonjong, dan seperti paru-paru.

Kisah Kelapa Penawar Racun Peninggalan Raja Pertama CirebonFoto: Bentuknya seperti paru-paru (Sudirman Wamad/detikTravel)


Tempurung kelapa janggi ini berada di Meseum Keraton Kasepuhan. Posisinya berdekatan dengan pintu masuk ruangan museum, tepatnya di deretan lemari benda pusaka paling kanan. Ada tiga tempurung kelapa janggi, dua temperung sudah terbelah dan satu masih utuh.

Lurah Keraton Kasepuhan Moh Maskun mengatakan Kelapa Janggi ditemukan di Pantai Aden oleh Pangeran Cakrbuana sekitar tahun 1390 masehi. Saat itu Pangeran Cakrabuana dan Nyi Mas Rarasantang sedang menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

"Pulang dari ibadah haji, Pangeran Cakrabuana ini membawa Kelapa Janggi," kata Maskun saat ditemui detikcom di Keraton Kasepuhan, Sabtu (16/12/2017).
Maskun saat bercerita pada detikTravelFoto: Maskun saat bercerita pada detikTravel (Sudirman Wamad/detikTravel)


Maskun menceritakan kelapa janggi yang dibawa Pangeran Cakrabuana dari laut Aden itu menjadi obat atau penawar racun bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya.

"Air kelapanya itu jadi penawar racun. Batoknya (tempurung) bisa dijadikan sebagai tempat untuk makanan. Makanan yang di batok itu bisa menjadi penawar racun juga," kata Maskun.

Secara turun temurun kelapa janggi, dikatakan Maskun dijadikan sebagai penawar racun. Namun, kini hanya sisa tempurungnya. Maskun mengatakan tempurung kelapa janggi masih asli.

Kelapa ini bisa menawarkan racunFoto: Kelapa ini bisa menawarkan racun (Sudirman Wamad/detikTravel)


"Setahu saya yang punya kelapa janggi di Cirebon itu hanya Keraton Kasepuhan dan Kanoman, yang masih asli ya. Kemudian, di luar Jawa itu ada di Keraton Bima. Kita taruh di museum karena kelapa janggi karena termasuk benda bersejarah dan salah satu media penyebaran agama Islam juga," tutup Maskun. (wsw/wsw)

Hide Ads