detikTravel pernah mendatangi Ugimba, saat Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz di tahun 2015 silam. 3 Tahun berselang, desa di ketinggian 2.000-an mdpl ini masih sama. Masih sulit akses transportasinya.
"Sampai sekarang masih sama seperti kamu datang dulu. Masih sama alamnya indah dan masih susah ke sana, harus jalan kaki," ujar Maximus Tipagau, masyarakat suku Moni asli Ugimba kepada detikTravel, Senin di kawasan Sarinah, Jakarta, Selasa (13/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Alamnya masih sangat asri. Tidak ada transportasi artinya tidak ada polusi, udaranya bersih. Perkebunan ubi dan bayam jadi view yang menarik.
![]() |
Masyarakatnya, suku Moni masih ada yang memakai koteka. Mata pencahariannya adalah berkebun dan berburu binatang. Sedangkan ada juga, yang jadi porter untuk mendaki ke Puncak Carstensz. Puncak tertinggi Indonesia di rangkaian Pegunungan Jayawijaya dengan ketinggian 4.884 mdpl, salah satu Seven Summits dunia.
![]() |
"Ada beberapa yang bekerja jadi porter bersama saya, Adventure Carstensz. Kami membawa pendaki dalam dan luar negeri," kata Maximus yang juga selaku pendiri operator wisata Adventure Carstensz.
Soal kehidupan sosial masyarakatnya, masih jauh dari kata sejahtera. Sekolah di sana hanya ada satu dan siswa-siswanya hanya belajar sampai kelas 3 SD. Siswa-siswanya diajarkan pelajaran dasar, dari bahasa Indonesia sampai hitung-hitungan.
Sayangnya, sekolah yang dibangun pakai uang Maximus sendiri juga tidak berlangsung lama pembelajarannya. Hanya berlangsung sekitar 5 tahun dan kini sudah tinggal bangunannya saja.
![]() |
"Ya itu, akses ke sana masih susah harus jalan kaki satu hari dari Sugapa (masih di Kabupaten Intan Jaya). Terbang dulu pakai pesawat perintis dari Timika, lalu ke Sugapa dan jalan kaki. Susah kita, pembangunan susah di sana listrik saja belum masuk," paparnya.
Maximus masih menanti jadinya Trans Papua, jalan yang menghubungkan daerah-daerah di Papua dari Merauke sampai Sorong. Sebab dari sana, pelan-pelan transportasi makin baik. Barang-barang seperti makanan, obat-obatan pelan-pelan lebih mudah diantarkan. Pendidikan juga makin baik.
"Selama tidak ada jalan, Papua tidak akan tertolong dari pendidikannya, kesehatannya dan pendidikannya. Semua orang bicara Asmat, tapi kami di Ugimba juga sama. Kami semua orang Papua butuh perhatian dan dibantu," tutup Maximus yang juga punya Yayasan Somatua untuk membantu masyarakat Ugimba serta masyarakat-masyarakat pedalaman Papua lainnya.
![]() |
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum