Bukan di Dieng, Ini Tradisi Potong Rambut Gimbal di Merbabu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan di Dieng, Ini Tradisi Potong Rambut Gimbal di Merbabu

Eko Susanto - detikTravel
Senin, 09 Apr 2018 14:35 WIB
Tradisi potong rambut gimbal di lereng Merbabu, Kabupaten Semarang (Eko Susanto/detikTravel)
Kabupaten Semarang - Tradisi potong rambut gimbal bagi anak-anak memang terkenal dari Dieng, Wonosobo. Tapi, hal itu dilakukan pula oleh warga yang tinggal di lereng Merbabu.

Tepatnya tradisi potong rambut gimbal ada di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun.

Upacara pemotongan rambut gimbal atau potong gombak dimulai pukul 08.10 WIB, di rumah Jumari (30) dan Nur Aliyah (25), warga Dusun Thekelan RT 03/RW 17, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Anak pertamanya, Rizky Oktavian yang berusia 4,5 tahun rambutnya gimbal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum dimulai pemotongan terlebih dahulu diadakan doa bersama yang dipimpin oleh Sujarwo (53). Setelah didoakan, kemudian pemotongan rambut dilakukan pertama kali oleh Sujarwo bersama Pasini (dulunya seorang dukun bayi). Potongan rambut gimbal tersebut, kemudian ditaruh di mangkok putih yang diberi air.

Bukan di Dieng, Ini Tradisi Potong Rambut Gimbal di MerbabuSesajen di ruwatan rambut gimbal di lereng Merbabu, Kabupaten Semarang (Eko Susanto/detikTravel)


Di depan si anak terdapat sejumlah sesajen, jajan pasar, ketan wajik, tumpeng, ingkung, pisang raja, nasi maupun lainnya. Selain itu, dibuat tangga berjalan dari tebu dan pisang raja. Warga yang ingin memotong rambut gimbal anaknya bak seperti orang yang punya hajatan.

"Sebelum dimulai prosesi, kami memimpin doa meminta keselamatan agar anak dan keluarganya diberikan keselamatan. Kemudian setelah rambut dipotong, kami juga meminta agar warga setempat juga diberikan keselamatan," kata Sujarwo saat ditemui di sela-sela mengubur potongan rambut gimbal di kawasan hutan Desa Batur, Senin (9/4/2018).

Pemotongan yang pertama memang dilakukan sesepuh desa kemudian dilanjutkan warga lain yang telah ditunjuk. Pemotongan rambut gimbal ini telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Kepercayaan warga setempat untuk memotong rambut gimbal pun harus memilih hari yang baik dengan perhitungan secara Jawa.

Bukan di Dieng, Ini Tradisi Potong Rambut Gimbal di MerbabuFoto: (Eko Susanto/detikTravel)


Setelah selesai dipotong rambut gimbalnya hingga bersih, kemudian si anak dituntun ibarat berada di pasar berjalan keliling di sekitar sajen dan jajan pasar yang tersedia sambil dipayungi. Lalu, ia dipersilakan memilih jajanan yang disukainya.

Setelah si anak memilih makanan yang disukai, kemudian si dukun mengangkat kakinya. Kemudian dinaikan di tangga terbuat dari tebu tersebut.

"Setelah dipotong sekalian dilakukan ruwatan. Karena kalau tidak dilakukan ruwatan setelah dipotong, tumbuh gimbal lagi. Dulunya anak yang usia minimal 7 tahun baru dipotong rambutnya gimbalnya, tapi sekarang nggak seperti itu," tuturnya.

Tokoh masyarakat Dusun Thekelan mengatakan pemotongan rambut gimbal merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang. Untuk doa bersama ini dipimpin sesuai kepercayaan agama yang dianutnya.

Bukan di Dieng, Ini Tradisi Potong Rambut Gimbal di MerbabuFoto: (Eko Susanto/detikTravel)


"Sebelum tumbuh rambut gimbal, saat kecil ditandai dengan sakit-sakitan. Terus tumbuh rambut gimbal, kemudian ada ruwatan yang tidak harus wayangan, tetapi sesuai keinginan orang tua sebagai ungkapan syukur," tutur mantan kepala dusun, Sutopo.

Pemotongan rambut gimbal yang ada di Thekelan dilakukan secara sendiri-sendiri atau tidak bersamaan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan perhitungan Jawa masing-masing dan melihat kesiapan finansial orang tua anak.

Kepala Dusun Thekelan, Supriyo menambahkan, setelah pemotongan rambut gimbal usai, orang tua disarankan mewujudkan ungkapan syukur. Antara lain dengan mengundang para tetangga sekitarnya.



"Para tetangga diundang untuk datang dan jagong (menghadiri undangan). Ini wujud ungkapan syukur, keluarga Pak Jumari menampilkan hiburan campursari," ujarnya.

[Gambas:Video 20detik]

(msl/msl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads