Tepatnya tradisi potong rambut gimbal ada di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun.
Upacara pemotongan rambut gimbal atau potong gombak dimulai pukul 08.10 WIB, di rumah Jumari (30) dan Nur Aliyah (25), warga Dusun Thekelan RT 03/RW 17, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Anak pertamanya, Rizky Oktavian yang berusia 4,5 tahun rambutnya gimbal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesajen di ruwatan rambut gimbal di lereng Merbabu, Kabupaten Semarang (Eko Susanto/detikTravel) |
Di depan si anak terdapat sejumlah sesajen, jajan pasar, ketan wajik, tumpeng, ingkung, pisang raja, nasi maupun lainnya. Selain itu, dibuat tangga berjalan dari tebu dan pisang raja. Warga yang ingin memotong rambut gimbal anaknya bak seperti orang yang punya hajatan.
"Sebelum dimulai prosesi, kami memimpin doa meminta keselamatan agar anak dan keluarganya diberikan keselamatan. Kemudian setelah rambut dipotong, kami juga meminta agar warga setempat juga diberikan keselamatan," kata Sujarwo saat ditemui di sela-sela mengubur potongan rambut gimbal di kawasan hutan Desa Batur, Senin (9/4/2018).
Pemotongan yang pertama memang dilakukan sesepuh desa kemudian dilanjutkan warga lain yang telah ditunjuk. Pemotongan rambut gimbal ini telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Kepercayaan warga setempat untuk memotong rambut gimbal pun harus memilih hari yang baik dengan perhitungan secara Jawa.
Foto: (Eko Susanto/detikTravel) |
Setelah selesai dipotong rambut gimbalnya hingga bersih, kemudian si anak dituntun ibarat berada di pasar berjalan keliling di sekitar sajen dan jajan pasar yang tersedia sambil dipayungi. Lalu, ia dipersilakan memilih jajanan yang disukainya.
Setelah si anak memilih makanan yang disukai, kemudian si dukun mengangkat kakinya. Kemudian dinaikan di tangga terbuat dari tebu tersebut.
"Setelah dipotong sekalian dilakukan ruwatan. Karena kalau tidak dilakukan ruwatan setelah dipotong, tumbuh gimbal lagi. Dulunya anak yang usia minimal 7 tahun baru dipotong rambutnya gimbalnya, tapi sekarang nggak seperti itu," tuturnya.
Tokoh masyarakat Dusun Thekelan mengatakan pemotongan rambut gimbal merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang. Untuk doa bersama ini dipimpin sesuai kepercayaan agama yang dianutnya.
Foto: (Eko Susanto/detikTravel) |
"Sebelum tumbuh rambut gimbal, saat kecil ditandai dengan sakit-sakitan. Terus tumbuh rambut gimbal, kemudian ada ruwatan yang tidak harus wayangan, tetapi sesuai keinginan orang tua sebagai ungkapan syukur," tutur mantan kepala dusun, Sutopo.
Pemotongan rambut gimbal yang ada di Thekelan dilakukan secara sendiri-sendiri atau tidak bersamaan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan perhitungan Jawa masing-masing dan melihat kesiapan finansial orang tua anak.
Kepala Dusun Thekelan, Supriyo menambahkan, setelah pemotongan rambut gimbal usai, orang tua disarankan mewujudkan ungkapan syukur. Antara lain dengan mengundang para tetangga sekitarnya.
Baca juga: Helm Keren Jokowi Belum Ada SNI |
"Para tetangga diundang untuk datang dan jagong (menghadiri undangan). Ini wujud ungkapan syukur, keluarga Pak Jumari menampilkan hiburan campursari," ujarnya.
(msl/msl)












































Sesajen di ruwatan rambut gimbal di lereng Merbabu, Kabupaten Semarang (Eko Susanto/detikTravel)
Foto: (Eko Susanto/detikTravel)
Foto: (Eko Susanto/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia