Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tengah gencar mengenalkan konsep nomadic tourism sebagai salah satu gaya baru dalam dunia pariwisata di Indonesia. Konsep ini diklaim mampu mengatasi keterbatasan tersedianya amenitas di daerah wisata.
Beberapa bentuk dari nomadic tourism ini menurut Kemenpar di antaranya berupa glamp camp, home pod hingga caravan. Menpar Arief Yahya bahkan menilai nomadic tourism memiliki nilai ekonomi tinggi dan treatment yang mudah sehingga sehingga menarik para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan bisnis tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konsep nomadic tourism yang saat ini tersedia berupa glamorous camping (glamping). Glamping dinilai banyak diminati oleh para traveler sebagai salah satu pilihan menginap selain hotel berbintang. Fasilitas yang ada juga tak kalah dari hotel berbintang.
Meski konsep ini terbilang baru, pihaknya mengklaim sosialisasi terhadap masyarakat sudah baik dan bisa diterima.
"Sosialisasinya saya kira sudah baik. Ini (nomadic tourism) sekaligus sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisatawan ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan 17 juta wisatawan mancanegara dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2018," katanya.
Merasakan Sensasi Nomadic Tourism
Konsep nomadic tourism glamping sudah mulai diterapkan. Salah satunya di Glamping Lakeside Rancabali.
![]() |
detikTravel berkesempatan merasakan sensasi glamping bersama Kemenpar dan sejumlah pewarta di lokasi wisata yang terletak di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Konsep yang ditawarkan pengelola cukup unik. Traveler bisa merasakan bagaimana menginap di samping Danau Situ Patenggang.
Tempat penginapannya berupa tenda. Ada dua tipe tenda yakni lakeside tent yang dapat diisi maksimal 5 orang dan family tent untuk maksimal 10 orang. Selain di sisi danau, tenda juga dikelilingi perkebunan teh.
Traveler yang penasaran merasakan tidur di tenda sisi danau hanya perlu membawa barang secukupnya. Sebab, pengelola memberikan fasilitas bak hotel berbintang meskipun di dalam tenda. Masing-masing tenda memiliki satu kasur (lakeside tent) hingga dua kasur (family tent). Bahkan kamar mandinya sudah dilengkapi oleh air panas dan dingin.
Traveler mungkin harus mempersiapkan baju tebal atau jaket yang tebal. Sebab, suhu udara di kawasan tersebut sangat dingin. Bahkan malam hari bisa mencapai 14 derajat. Tapi, udara dingin dapat terbayarkan dengan pemandangan indah di pagi hari. Bangun di pagi hari, traveler bisa menyaksikan munculnya matahari dan keindahan danau Situ Patenggang.
Jika traveler lapar tak perlu khawatir mencari tempat makan. Ada restoran unik yang bentuknya menyerupai kapal pinisi. Resto tersebut berada tepat di sisi tenda penginapan.
Lutfi Naufal, manajemen Glamping Lakeside mengatakan konsep yang ditawarkan ini sudah sesuai dengan wacana dari Kemenpar untuk pengembangan potensi nomadic tourism. Pihaknya ingin menawarkan sensai baru kepada para wisatawan.
"Konsep yang kita bikin ini sudah sesuai dan cocok dengan nomadic tourism. Kalau biasanya hotel itu di tengah kota atau di bangunan yang permanen, di sini kita membuat tema berbeda," kata Lutfi.
Dipilihnya alam bebas di lahan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) ini, sambung Lutfi, lantaran sejauh ini belum ada konsep yang serupa. Terlebih, alam bebas belum banyak tersentuh oleh keramaian.
"Dari temanya saja glamping atau glampir camping, alam bebas di pinggir danau. Di alam bebas karena belum tersentuh keramaian. Selain itu mengembangkan pariwisata yang belum ada di tempat lain," ungkapnya.
Untuk tingkat hunian sendiri, Lutfi mengatakan sejauh ini sudah banyak wisatawan yang mencoba menginap. Meskri begitu, pengunjung masib di dominasi oleh wisatawan lokak.
"Di weekend lebih banyak yang datang. Wisatawan reguler. Persentasenya mancanegara dan lokal sangat besar lokalnya dari luar kota," tuturnya. (sym/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum