Kabupaten Ciamis di Jawa Barat memiliki wisata ziarah. Salah satunya Nusa Gede di Situ Lengkong Panjalu. Istimewanya, di tempat ini ada air yang disebut juga air 'zam-zam' yang siap minum.
Air 'zam-zam' ini juga menjadi salah satu oleh-oleh wisatawan, setelah melaksanakan tawasulan di makam Prabu Hariang Kencana, anak Prabu Boros Ngora. Nusa gede murupakan pulau yang berada di tengah-tengah situ (danau) Lengkong. Untuk mencapainya tersedia jasa angkutan perahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2018/08/23/c8da1883-29c5-4c44-9e76-1d393a346cc6.jpeg?a=1
Gerbang Nusa Gede dan Situ Lengkong (Dadang/detikTravel)
Konon, menurut sejarah, Situ lengkong ini terbentuk dari air zam-zam yang dibawa oleh Raja Panjalu Prabu Boros Ngora dari Timur Tengah, setelah menimba ilmu agama Islam kepada Sayyidina Ali RA.
Juru kunci Nusa Gede Situ Lengkong, Abdul Azis mengatakan air 'zam-zam' di Situ Lengkong ini dipercaya dapat memberikan keberkahan. Namun ini hanya perantara saja, karena seseorang harus tetap istiqomah dengan mencari ridho yang maha kuasa
"Memang ada 40 persennya membawa keberkahan. Sisanya berdoa dengan sungguh-sungguh, mencari ridho alloh. Jangan menagih janji tetap istiqomah," tutur Azis.
Abdul Azis, Juru Kunci Nusa Gede Situ Lengkong (Dadang/detikTravel) Foto: undefined |
Abdul Azis menceritakan sejarah singkat terbentuknya danau ini. Menurutnya, Raja Panjalu Prabu Boros Ngora awalnya bukan seorang muslim. Ia dikenal seorang yang hebat, sering menantang seseorang yang jago beladiri.
Saat itu Prabu Boros Ngora berjalan menuju Timur Tengah dan bertemu dengan Sayyidina Ali, lalu bertarung dan mengakui kehebatan Sayyidina Ali hingga memutuskan menjadi muridnya. Prabu Boros Ngora menjadi seorang muslim dan namanya diganti menjadi Syeh Abdul Iman.
"Saat pulang, Prabu Boros Ngora mendapat oleh-oleh pesang dan air zam-zam di wadah gayung, tapi gayung itu bolong. Setelah sampai di Panjalu, lalu ditumpahkan di lokasi ini luasnya 51 hektar, sehingga menjadi Situ Lengkong Panjalu," ujar Abdul Azis saat ditemui detikTravel di Nusa Gede, Kamis (23/8/2018).
Wisatawan berziarah ke Makam Prabu Boros Ngora (Dadang/detikTravel) Foto: undefined |
Warga Panjalu juga menyebut Boros Ngora sebagai wali di Panjalu yang juga memiliki karomah. Karena sebagai penyebar agama islam pertama di Panjalu, lalu ke beberapa daerah lainnya. Bahkan banyak nama untuk Boros Ngora, di setiap daerah berbeda-beda.
"Seperti di Bogor itu Syeh Jalu, di Subang dikenal Syair Muhammad, di Garut namanya Sunan Rahmat Suci dan di Lampung Bagus Ali, jumlahnya ada 40 nama," jelas Azis.
Menurut Abdul Azis, peziarah yang datang dari berbagai daerah seperti Lampung, daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan. Bahkan dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei dan Singapura.
Traveler mencuci muka pakai air 'zam-zam' (Dadang/detikTravel) |
Bila waktu tertentu, seperti bulan Robiul Awal (mulud), Syawal dan bulan lainnya peziarah atau wisatawan yang datang mencapai ribuan. Terutama saat pelaksaan tradisi upacara nyangku.
"Kalau di bulan-bulan tertentu peziarah yang datang bisa sampai 100 Bus beberapa hari, itu dari berbagai daerah," pungkasnya.
(wsw/aff)












































Abdul Azis, Juru Kunci Nusa Gede Situ Lengkong (Dadang/detikTravel) Foto: undefined
Wisatawan berziarah ke Makam Prabu Boros Ngora (Dadang/detikTravel) Foto: undefined
Traveler mencuci muka pakai air 'zam-zam' (Dadang/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Sumut Dilanda Banjir Parah, Walhi Soroti Maraknya Deforestasi
Foto Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang dan Danau Singkarak
Hutan Sumatera Dicap 'Merah' UNESCO, Kerusakan Lingkungan Mencemaskan