detikTravel diajak Mapala UI menjelajah Kabupaten Pegaf dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih pekan lalu di Papua Barat. Segala hal unik bisa ditemukan di sini, salah satunya soal pasar.
Memang tak seperti pasar pada umumnya, pagi itu matahari masih belum terbit. Hawa dingin menusuk tulang menusuk tulang menyelimuti para pedagang juga pembeli yang berdatangan ke Pasar Pagi Anggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi Pasar Pagi Anggi, Pegaf ada di sudut pusat kota. Ada dua bangunan terbuka yang tiangnya di cat berwarna biru muda dan kuning. Di dalamnya terdapat lapak-lapak permanen walau hanya berupa meja beton.
Namun hanya satu bangunan Pasar Pagi Anggi yang digunakan. Itu pun tak seluruhnya, hanya bagian pinggir saja yang dekat dengan jalan. Mama-mama penjual di Pasar Pagi Anggi masih lebih memilih menggelar lapaknya di area parkir depan bangunannya.
Pasar Pagi Anggi buka 3 kali seminggu, yakni pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Jam bukanya mulai dari 05.00-08.30 WIT. Setiap mama-mama penjual akan membagi-bagi barang dagangannya dalam kelompok kecil-kecil hingga beasar. Kelipatan harga barang per bagian itu mulai dari Rp 5 ribu hingga seterusnya.
Oleh karena itu, membeli barang di pasar ini jangan ditawar. Karena semua sudah ditakar sesuai harganya. Enggak enak juga kan kalau diomeli emak-emak Papua.
Menyoal makian itu traveler yang datang bisa menyiasatinya dengan menyediakan uang kecil. Kenapa, karena mereka belum mengerti adanya tawar menawar.
Apa saja barang yang dijual mama-mama di Pasar Pagi Anggi? Mereka hanya menjual barang-barang hasil kebun, seperti bawang, wortel, tomat, hingga buah-buahan seperti markisa dan stroberi. Ada pula ikan mujair dari danau Anggi Giji.
Satu lagi yang perlu traveler ingat adalah meminta izin jika ingin memfoto di Pasar Pagi Anggi. Walau traveler telah membeli barang dagangan di sana jangan langsung memotret serampangan ya kalau tak ingin terkena bentakan dari mama-mama.
Jadi, kalau traveler ke Pegaf jangan malas bangun tidur ya walau berhawa dingin menusuk tulang saat pagi hari. Kunjungi saja pasar ini atau berkeliling di pusat kotanya.
Kabupaten Arfak berada di ketinggian 1.700 mdpl. Beragam potensi wisata alam ada di sini, mulai dari danau kembar, pengamatan burung dilindungi, kupu-kupu, hingga budaya lokal yang masih terjaga.
Setelah detikTravel merasakan perjalanan panjang selama kurang lebih 7 jam dari Manokwari hingga kota Kabupaten Pegunungan Arfak memang cukup melelahkan. Hal itu dikarenakan medannya terbilang berat karena hanya bisa dilewati mobil 4X4.
Cerita seru Kabupaten Pegaf akan ada di artikel selanjutnya. Tunggu ya!
Simak Juga 'Harmonisasi Alam dan Budaya di Pegunungan Arfak Papua Barat':
(msl/fay)












































Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi