Saat liburan akhir pekan, saatnya menjelajah Kota Cirebon. Ada banyak hal menarik bisa dijumpai wisatawan di sana.
Alkisah, Thomas Stamford Raffles yang memerintahkan ekspedisi penemuan Rafflesia arnoldii, pernah menjabar sebagai Gubernur Jendral Inggris di Sumatera dan Jawa. Dia pernah berkunjung ke Keraton Kanoman di Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Raffles meninggalkan tiga benda kuno yakni sebuah lonceng, mesin jahit, dan kacip atau alat pemotong tembakau. Dari tiga benda kuno peninggalan Raffles tersebut yang paling fenomenal adalah lonceng, yang diberi nama lonceng Gajah Mungkur.
Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan saat Raffles menjabat sebagai Gubernur Jendral Inggris pada tahun 1811-1816 masehi, Raffles sempat berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon. Dalam kunjungannya itu, lanjut Arimbi, Raffles memberikan hadiah kepada Sultan Kanoman VI Sultan Komarudin II.
"Hadiah dari Raffles itu berupa lonceng, mesin jahit, dan alat pemotong tembakau. Pemberian hadiah itu merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan dari Inggris kepada pihak keraton," kata Arimbi saat ditemui detikTravel di kompleks Keraton Kanoman, Cirebon, Rabu (19/91/2018).
Pihak keraton pun tak menyia-nyiakan pemberian dari Raffles. Lonceng pemberian Raffles, lanjut dia, kemudian diberi nama Gajah Mungkur. Lonceng Gajah Mungkur berada di Selatan Langgar Keraton Kanoman.
![]() |
Arimbi menjelaskan pihak keraton sengaja menempatkan lonceng tersebut bersebalahan dengan langgar, karena difungsikan untuk penanda waktu salat.
"Bama Gajah Mungkur itu disesuaikan dengan bentuk lonceng yang mirip dengan gajah, yang posisi sedang membelakangi. Mungkur artinya membelakangi. Lonceng itu dibunyikan setiap masuknya waktu salat," ucap Arimbi.
Keberadaan lonceng Gajah Mungkur, lanjut Arimbi, menggantikan peran bedug dan kentongan pada waktu itu. Namun, dikatakan Arimbi, sekitar tahun 1970 kondisi lonceng sudah rusak. Pihak keraton pun tak lagi menggunakan lonceng sebagai waktu salat.
"Dulu pernah juga digunakan pada saat Ritual Panjang Jimat (upacara pembersihan pusaka keraton - red). Sekarang sudah tidak digunakan lagi," ucapnya.
(bnl/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum