Selain dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Cirebon, Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon dikenal juga sebagai nelayan ulung. Pangeran Cakrabuana kerap mencari udang rebon di laut Pantura. Udang rebon ini yang menjadi cikal bakal nama Cirebon.
Sebagai nelayan, Pangeran Cakrabuana memiliki benda-benda pusaka. Salah satunya jaring. Jaring milik Pangeran Cakrabuana itu dikenal sebagai Jala Tunda. Jaringnya kini masih tersimpan di Situs Sumur Ketandan. Lokasinya berada di depan kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Nama jaringnya Jala Tunda. Jala itu berarti jaring, tunda itu menunda atau mengistirahatkan. Makanya jaringnya digantung, karena sedang diistirahatkan," kata Syarif saat ditemui detikTravel di Situs Sumur Ketandan, Selasa (2/10/2018).
Selama menjadi juru kunci, Syarif mengaku belum pernah membuka kain putih yang membungkus jaring tersebut. Bahkan, Syarif tak mengetahui secara persis bentuk dan bahan baku dari jaring yang digunakan oleh Pangeran Cakrabuana itu.
"Khawatir, kalau dibuka itu takut rusak. Karena usianya sudah ratusan tahun, sejak zaman Pangeran Cakrabuana. Kalau kainnya dibuka kain jaringnya takut berserakan," tambah Syarif.
BACA JUGA: Kisah Lorong Ajaib di Cirebon yang Tembus ke Arab & China
Syarif menceritakan Pangeran Cakrabuana menggunakan jaring tersebut untuk menangkap udang rebon, bahan baku pembuatan terasi. Dulu, lanjut dia, wilayah di Situs Sumur Ketandan tersebut merupakan pesisir, dekat dengan laut. Dari proses pengolahan terasi dan petis udang rebon ini muncul nama Cai Rebon atau air rebon yang akhirnya menjadi nama Cirebon.
"Jadi Sumur Ketandan itu sudah ada sebelum Kota Cirebon ada. Saya kurang paham, kapan jaring tersebut dipakai, yang jelas saya ditugaskan untuk merawatnya," kata Syarif.
![]() |
Lebih lanjut, Syarif mengatakan kain putih pembungkus jaring selalu diganti, tanpa membuka kain lama. Syarif mengaku kain pengganti untuk pembungkus jaring berasal dari donasi para peziarah.
"Biasanya itu ada peziarah datang. Terus mengganti kain karena mendapat arahan dari mimpinya untuk mengganti kain. Kain lama dibiarkan, yang baru langsung dipasang untuk melapisi yang lama," katanya. (krn/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!