Masyarakat Adat Bayan di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, memiliki khasanah kekayaan kultural dalam hal pakaian adatnya.
Raden Sawinggih (40) salah seorang tokoh pemuda adat Bayan mencatat, salah satu pakaian adat yang cukup terkenal dalam tradisi masyarakat adat Bayan adalah Jong Bayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Masyarakat adat Bayan yang dikenal sebagai penganut filosofi agama sinkretis Wetu Telu ini mensakralkan proses pembuatan aneka kain untuk pakaian adat. Di antaranya pembuatan kain Umbaq Kombong, kain Kagungan, dan kain Bebo.
"Seluruh proses penenunan kain-kain untuk pakaian adat dilakukan melalui ritual-ritual tertentu oleh penenun terbaik di Bayan. Dalam pengerjaannya, kain-kain itu tidak boleh ditenun sembarangan," papar Sawinggih, Rabu (31/10/2018)
Tidak hanya dalam proses penenunan, kata Sawinggih, sakralisasi terhadap Kain Bayan juga terefleksi melalui makna-makna kombinasi warna dalam kain tenunnya.
Warna hitam bermakna kekuatan, melambangkan warna bumi dan tanah. Warna merah melambangkan darah yang berarti berani dan warna putih yang berarti kesucian dan melambangkan hubungan keagamaan dan ketuhanan.
![]() |
Warna kuning merupakan warna padi yang melambangkan kemakmuran. Hijau melambangkan warna daun yang berarti kelestarian. Sedangkan biru ialah warna air laut dan warna langit yang merefleksikan makna ketenangan dan ketentraman.
Salah satu cara khas dalam menggunakan pakaian adat Bayan saat mengenakannya ialah disembunyikannya tangan sebelah kiri, baik laki-laki maupun perempuan.
Hal itu memiliki nilai kearifan bahwa ketika memberikan sesuatu kepada orang lain dengan tangan kanan, maka dilarang sekali berharap sesuatu kembali terhadap apa yang telah diberikan kepada orang lain.
"Local wisdom ini disimbolkan dengan menyembunyikan tangan kiri di balik Sampur atau Dodotrejasa saat mengenakan pakaian adat Bayan," ungkap Sawinggih.
![]() |
Selain itu, tangan kiri identik dengan memegang hal-hal yang bersifat kotor atau mengisyaratkan keburukan. Menyembunyikan tangan kiri bermakna jangan selalu mengumbar keburukan di depan orang banyak, baik keburukan diri sendiri, keluarga, maupun keburukan orang lain.
Nah, jika traveler menyempatkan diri ke Lombok, sambil menikmati desa wisata yang ada di Bayan, cobalah mampir ke Dusun Bayan Timur, Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Di sana ada Sanggar Jajaq Bayan yang intens melestarikan budaya adat Bayan kepada generasi muda melalui proses pembuatan kain tenunnya. (sym/aff)
Komentar Terbanyak
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Terpopuler: Dedi Mulyadi Terancam Dicopot, Ini Penjelasan DPRD Jabar
Aneka Gaya Ahmad Sahroni di Luar Negeri dari Paris sampai Tokyo