Presean merupakan seni tradisi yang ada di masyarakat Lombok. Tradisi ini semacam seni bela diri dalam adu ketangkasan antar Pepadu atau ksatria suku Sasak.
Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan penjalin, terbuat dari rotan yang dibaluri aspal hitam dan di dalamnya terdapat pecahan beling yang diikat dengan benang bola warna putih. Penjalin digunakan sebagai alat untuk saling memukul. Ukuran panjangnya sekitar 1,5 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dulu tujuannya untuk memperebutkan pembagian tugas penjagaan dalam pengamanan wilayah desa," terang Jannatan, tokoh pemuda adat Desa Sapit pada detikTravel, Jumat (2/11/2018).
Pada perkembagannya, Begelepekan dijadikan sebuah permainan adu ketangkasan untuk mencari Pepadu desa. Dulu bentuknya dilakukan tanpa menggunakan Ende.
Di zaman Perunggu barulah kemudian menggunakan ende, yakni perisai dari yang terbuat dari perunggu dengan senjatanya Kelewang atau pedang panjang.
Semakin majunya perkembangan peradaban dan semakin kencangya laju perdagangan antar pulau masyarakat Desa Sapit perlu memperbanyak benteng-benteng pertahanan sampai ke wilayah barat untuk menahan laju pengaruh Bali. Caranya adalah dengan uji ketangkasan menggunakan perisai, tapi senjatanya masih kelewang.
![]() |
"Perisaian dengan ende perunggu dan senjata kelewang ini dulu dilakukan di tanah montong (tanah yang tinggi) dan di sebuah punden. Dan sekarang sering disebut dengan Dusun Montong Kemong Desa Sapit," ujar Jannatan.
Lambat laun, tradisi pencarian pepadu ini dijadikan sebuah permainan terbuka, yakni dikakukan dengan mengundang masyarakat yang tinggal di sekitar benteng-benteng tersebut untuk bersilaturahmi dalam bentuk seni Presean.
![]() |
Presean atau Perisaian biasanya dilakukan pada musim padi menguning. Masyarakat Desa Sapit dulu hanya mengenal satu jenis musim tanam, hanya tanaman padi saja.
Saat musim padi menguning aktivitas warga tidak ada dan juga bertepatan dengan datangya musim kemarau. Jadi aktivitas yang dilakukan kebanyakan berburu, permainan tradisional, main layang-layangan, begasingan dan perisaian.
"Desa Sapit mengenal dua musim tanam, musim tanam padi dan musim tanam bawang putih. Jeda waktu antara kedua musim ini sangat lama dan masa ini yang digunakan untuk permainan presean," jelas Jannatan. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol