Presean, Tradisi Adu Ketangkasan Masyarakat Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Presean, Tradisi Adu Ketangkasan Masyarakat Lombok

Harianto Nukman - detikTravel
Jumat, 02 Nov 2018 16:35 WIB
Tradisi Presean di Lombok atau yang dikenal uji ketangkasan (istimewa/Andhy)
Lombok Timur - Bentuk lain dari kesenian khas yang dimiliki masyarakat Lombok adalah Presean. Seni tradisi ini dilakukan dengan cara adu ketangkasan.

Presean merupakan seni tradisi yang ada di masyarakat Lombok. Tradisi ini semacam seni bela diri dalam adu ketangkasan antar Pepadu atau ksatria suku Sasak.

Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan penjalin, terbuat dari rotan yang dibaluri aspal hitam dan di dalamnya terdapat pecahan beling yang diikat dengan benang bola warna putih. Penjalin digunakan sebagai alat untuk saling memukul. Ukuran panjangnya sekitar 1,5 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan perisai untuk menepis pukulan lawan disebut Ende yang terbuat dari kulit sapi. Bentuknya segi empat berukuran sekitar 40x60 cm. Dalam pertunjukannya, Presean ini dilakukan di tengah arena dan diiringi musik bernuansa perang.

Ksatria Sasak dengan senjata rotan dan perisai (istimewa/Andhy)Ksatria Sasak dengan senjata rotan dan perisai (istimewa/Andhy)
Banyak cerita dan mitos mengenai tradisi Presean. Masyarakat di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, NTB misalnya sering menguji ketangkasan kanuragan yang disebut dengan istilah Begelepekan, yaitu menguji ilmu kanuragan dengan cara saling jajal kekuatan dan dilakukan pada malam hari.

"Dulu tujuannya untuk memperebutkan pembagian tugas penjagaan dalam pengamanan wilayah desa," terang Jannatan, tokoh pemuda adat Desa Sapit pada detikTravel, Jumat (2/11/2018).

Pada perkembagannya, Begelepekan dijadikan sebuah permainan adu ketangkasan untuk mencari Pepadu desa. Dulu bentuknya dilakukan tanpa menggunakan Ende.

Di zaman Perunggu barulah kemudian menggunakan ende, yakni perisai dari yang terbuat dari perunggu dengan senjatanya Kelewang atau pedang panjang.

Semakin majunya perkembangan peradaban dan semakin kencangya laju perdagangan antar pulau masyarakat Desa Sapit perlu memperbanyak benteng-benteng pertahanan sampai ke wilayah barat untuk menahan laju pengaruh Bali. Caranya adalah dengan uji ketangkasan menggunakan perisai, tapi senjatanya masih kelewang.

Diiringi oleh musik (istimewa/Andhy)Diiringi oleh musik (istimewa/Andhy)
Setelah menemukan pepadu-pepadu tangguh baru, kemudian disebar di beberapa tugu desa dan beberapa wilayah bagian barat dan bagian utara. Penyebaran pepadu tangguh ini biasanya di tanah lapang, subur serta dibuatkan benteng di masing masing titik tempat.

"Perisaian dengan ende perunggu dan senjata kelewang ini dulu dilakukan di tanah montong (tanah yang tinggi) dan di sebuah punden. Dan sekarang sering disebut dengan Dusun Montong Kemong Desa Sapit," ujar Jannatan.

Lambat laun, tradisi pencarian pepadu ini dijadikan sebuah permainan terbuka, yakni dikakukan dengan mengundang masyarakat yang tinggal di sekitar benteng-benteng tersebut untuk bersilaturahmi dalam bentuk seni Presean.

Berdamai usai bertarung di lapangan (istimewa/Andhy)Berdamai usai bertarung di lapangan (istimewa/Andhy)
Senjata yang digunakan adalah ende (perisai) dengan senjata rotan (penjalin) dan dilakukan oleh orang dewasa. Sementara untuk anak kecil menggunakan gulatan bambu sebagai endenya dan menggunakan tulang daun aren sebagai penjalinnya.

Presean atau Perisaian biasanya dilakukan pada musim padi menguning. Masyarakat Desa Sapit dulu hanya mengenal satu jenis musim tanam, hanya tanaman padi saja.

Saat musim padi menguning aktivitas warga tidak ada dan juga bertepatan dengan datangya musim kemarau. Jadi aktivitas yang dilakukan kebanyakan berburu, permainan tradisional, main layang-layangan, begasingan dan perisaian.

"Desa Sapit mengenal dua musim tanam, musim tanam padi dan musim tanam bawang putih. Jeda waktu antara kedua musim ini sangat lama dan masa ini yang digunakan untuk permainan presean," jelas Jannatan. (rdy/rdy)

Hide Ads