Di tempat wisata yang bernama Puri Mataram ini, pengunjung dapat merasakan nuansa tradisional yang kental akan nilai budaya di tengah-tengah hiruk pikuk Kabupaten Sleman.
Puri Mataram sendiri berjarak sekitar 8 KM dari pusat Kota Yogya, untuk mencapai tempat tersebut pengunjung hanya perlu melakukan perjalanan darat ke utara, tepatnya ke arah Jalan Magelang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya berjarak benerapa meter akan tampak simpang tiga. Tepat di selatan simpang tiga itulah terpampang jalan masuk menuju Puri Mataram.
Sampai di Puri Mataram, detikTravel disambut sebuah bangunan adat Jawa dan disusul sebuah embung lengkap dengan permainan becak air dengan warna beraneka ragam. Berjalan lebih jauh, detikTravel disuguhi pemandangan sawah yang berada di Puri Mataram.
![]() |
Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tridadi Makmur, Raden Agus Cholik mengatakan, Puri Mataram dibentuk warga Drono setelah melihat banyaknya tempat wisata yang berada di sekitar Tridadi. Selain itu, mengingat adanya dana Desa didukung keberadaan lahan yang berpotensi dijadikan tempat wisata, warga kemudian menyulapnya sebagai tempat wisata.
"Puri Mataram dibangun karena di sebelah kan ada eksotarium dan Kampung Flory, karena itulah kepikiran untuk membuat destinasi wisata di sini (Tridadi) dengan konsep yang berbeda," katanya saat ditemui detikTravel di Puri Mataram, Jumat (30/11/2018).
"Puri Mataram ini didirikan oleh Desa melalui BUMDes Tridadi Makmur tahun 2017 dan mulai dibangun awal tahun 2018. Jadi belum ada setahun umurnya itu dan soft launching baru tiga bulan yang lalu," imbuhnya.
![]() |
"Dana yang dibutuhkan, karena tanahnya 4,5 hektar dan sewa desa, kita butuh dana Rp 3,5 miliar. Tapi tetap 51 persen dari Desa, lainnya dari urunan masyarakat," katanya.
Konsep yang berbeda pun dipilih agar dengan tempat wisata di Tridadi tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan ke depannya malah dapat bekerjasama dengan tempat wisata lain.
Setelah dimusyawarahkan, muncullah konsep tempat wisata keluarga berbasis kebudayaan Kerajaan Mataram. Selain itu, dengan konsep tersebut dapat mengedukasi pengunjung yang datang.
"Puri itu filosofinya tempat indah yang di dalamnya itu ada taman, ada air, ada ayunan untuk bermain serta ada tempat tinggal yang nyaman. Sedangkan Mataram itu dari kerajaan Mataram tempo dulu, sesuai dengan bangunannya yaitu pendopo dan limasan. Karena itu namanya Puri Mataram," ujarnya
![]() |
Diungkapkannya, alat transaksi yang dimaksudkan adalah untuk transaksi pembayaran, dan itu hanya berlaku saat diadakan Pasar Ndelik. Di mana Pasar Ndelik sendiri hanya digelar setiap hari Minggu dan hari libur nasional. Sedangkan di hari biasa, pengunjung dapat mengunjungi Resto yang menyuguhkan aneka makanan khas dan tradisional.
"Kalau hari Minggu ada Pasar Ndelik yang menyajikan makanan khas Kerajaan Mataram tempo dulu seperti cenil dan minuman tradisional seperti dawet. Kenapa namanya Pasar Ndelik? Karena di pinggir-pinggir ditanami pohon dan kalau sudah besar menutupi Pasar dan seperti sedang ndelik (Bersembunyi)," ujarnya.
"Untuk jajan makanan dan minuman di Pasar Ndelik harus pakai uang pandel dari bahan kayu. Jadi uang tunai nanti ditukar uang pandel itu dan disesuaikan nominalnya berapa," lanjutnya.
![]() |
"Untuk wahananya saat ini ada becak air, lalu ada Taman Kelinci dan Taman Bunga, tapi bulan Desember akan ditambah dua wahana lagi yaitu Taman Kitiran dan wahana tangkap ikan. Jadi target tahun ini 5 wahana dan tahun depan targetnya 10 wahana," ujarnya.
"Kalau jam buka dari jam 8 pagi sampai dam 6 sore, kalau restonya rencana akan diperpanjang waktunya sampai jam 9 malam. Untuk masuknya free, tapi kalau masuk tiap wahana dikenai biaya Rp10 ribu dan sudah termasuk sama anaknya kalau bawa anak," imbuhnya.
![]() |
Sementara itu, salah seorang pedagang yakni Sumarni (58), warga Plaosan, Tlogoadi, Sleman mengatakan, bahwa ia hanya menjajakan dagangan saat hari Minggu dan hari libur nasional. Menurutnya, dengan adanya Puri Mataram sangat membantu masyarakat sekitar menggerakkan roda perekonomian Desa.
"Kalau hari Minggu itu ramai, di sini masyarakat diajak untuk terlibat dan yang jelas sangat bermanfaat," pungkasnya. (rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia