Tradisi Mandi Lumpur yang Sakral di Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Mandi Lumpur yang Sakral di Bali

Aditya Mardiastuti - detikTravel
Jumat, 08 Mar 2019 23:10 WIB
Foto: Tradisi Mandi Lumpur di Badung, Bali (Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Badung - Setelah merayakan Nyepi, warga Bali punya tradisi yang disebut Mebug Buugan. Ini adalah tradisi mandi lumpur yang unik dan sakral. Seperti apa?

Sehari setelah Nyepi, umat Hindu di Bali merayakan Hari Ngembak Geni. Salah satu tradisi unik di Desa Adat Kedonganan, Badung, Bali yakni Mebuug Buugan atau ritual mandi lumpur.

Acara ini dimulai Jumat (8/3) di Prapatan Agung, Desa Adat Kedonganan sekitar pukul 16.00 Wita. Mandi lumpur ini diikuti anak-anak pria maupun wanita hingga kakek-kakek, dan wajib memakai busana adat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Aditya Mardiastuti/detikTravel)(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Sebelum acara dimulai mereka berdoa bersama. Acara ini diikuti 6 banjar di desa adat Kedonganan yaitu, Kertayasa, Kubualit, Pasek, Ketapang, Penganderan, Anyar Gede.

Sembari turun menuju ke lokasi mebuug buugan, rombongan ini menyanyi dalam bahasa Bali. Tiba di lokasi masing-masing mulai melumuri tubuhnya dengan lumpur. Ada juga anak-anak yang saling melempar bola lumpur.

Di sisi lain ada salah satu kakek yang terlihat asyik berendam di lumpur. Beberapa anak maupun dewasa juga sengaja saling mengoles tubuh hingga rambut temannya dengan lumpur hingga membentuk jambul.

Ada juga yang iseng meletakkan tanaman bakau ke atas kepala temannya. Semua itu dilakukan dengan riang gembira dan penuh tawa meski ada juga yang berteriak-teriak karena terlalu banyak diolesi lumpur.

(Aditya Mardiastuti/detikTravel)(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Salah satunya Putu Budiarta alias Tude. Bocah kelas 5 SD itu terlihat riang meski kepalanya penuh lumpur dan diberi ranting pohon.

"Seneng main lumpur, bisa lempar-lemparan sama temen, " ujar fans pemain Bali United, Stefano Lilipaly itu di lokasi, Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (8/3/2019).

BACA JUGA: Pengalaman Pertama Turis Australia Ikut Nyepi di Bali

Hal senada juga disampaikan Adi Kurniawan (12). Adi juga senang karena bisa bermain sambil melestarikan tradisi.

"Karena suka dengan tradisi ini, dan suka lempar-lemparan," katanya.

(Aditya Mardiastuti/detikTravel)(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Usai mandi lumpur para warga Desa Adat Kedonganan itu long march menuju ke arah Pantai Kedonganan. Tiba di pantai, rombongan memisahkan diri sesuai banjarnya masing-masing. Tua dan muda lalu bermain permainan tradisional seperti ular naga, hingga ogoh-ogoh tangan.

Acara juga dimeriahkan dengan tarian gemulai dari para penari Bali. Masing-masing peserta juga bergantian ikut menari (ngibing) mengikuti irama gamelan, bahkan ada juga turis mancanegara yang juga turut serta.

Menjelang pukul 18.00 Wita para warga lalu menuju ke pantai untuk melukat atau pembersihan. Usai melukat, mereka lalu diperciki tirta (air) suci dari mangku dan kembali ke rumah masing-masing.

(Aditya Mardiastuti/detikTravel)(Aditya Mardiastuti/detikTravel)
(sym/aff)

Hide Ads