Saat detikcom menyambangi jembatan ini, Senin (4/3/2019) pagi, batu-batu berharga itu tetap menempel di lantainya. Orang tua, muda, hingga bocah berlalu-lalang seolah tak menghiraukan betapa mahalnya benda yang mereka injak ini.
Batu-batu itu selalu diinjak kaki-kaki orang yang menyeberang dari arah Desa Amasing Kota ke Amasing Kota Utara, Labuha, Pulau Bacan, Halmahera Selatan. Penduduk melewati jembatan 38 meter ini dengan pandangan lurus ke depan. Pagi itu hanya kami saja yang berjalan di atas jembatan sambil melihat ke bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Terpantau, batu-batu di sini menancap kuat dan rata di konstruksi semen. Tak ada yang terlihat pecah, goyang, atau bekas congkelan. Ada satu sebab kenapa tak ada orang yang berani mencongkel batu ini.
"Tidak ada yang iseng mencongkel, soalnya ini yang bangun masyarakat sendiri," kata warga setempat bernama Aryadi (32), biasa dipanggil Yadi.
Bila orang-orang luar daerah menyebut ini sebagai Jembatan Batu Bacan, warga setempat sudah kadung akrab menyebut jembatan ini sebagai Jembatan Kabamas. Itu adalah nama lama sebelum jembatan ini direnovasi dan ditempeli batu berharga dari Pulau Kasiruta sejak 2011. Satu tokoh masyarakat bernama Muhammad Abusama mendanai, dan pembangunan dilakukan secara gotong royong oleh warga.
BACA JUGA: Kisah Mahkota Keramat Sultan Bacan
Batu-batu segenggaman tangan yang menempel di lantai jembatan ini berwarna hijau, ada yang hijau muda dan ada yang hijau tua. Yadi mengatakan batu ini telah berubah warna menjadi semakin cerah dari waktu ke waktu, karena begitulah 'batu hidup' karakteristik khas Bacan yang dipahami warga, apalagi batu ini sering terpoles oleh langkah-langkah kaki penduduk. Dia menunjuk satu batu seukuran 3/4 mouse komputer yang tertanam di jembatan, warnanya hijau muda dengan sedikit gradasi gelap.
"Yang seperti ini mahal ini, Rp 15 juta bisa ini. Tapi tetap tidak ada yang mencongkel," kata Yadi.
![]() |
Hanya pejalan kaki saja yang melewati jembatan berbentuk lengkung ini. Anak-anak melendot di pagar besi jembatan dan tiang penyangga atap seng. Di bawahnya ada Kali Inggoi yang langsung bermuara ke laut. Perahu-perahu bermesin tempel ditambatkan di pinggir-pinggir sungai. Di kejauhan terlihat atap limasan Masjid Kesultanan Bacan.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva. (sna/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!