Pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) rupanya sedang memperingati hari jadi Menara Kudus atau mereka sebut Ta'sis Masjid Al Aqsha Menara Kudus setiap 19 Rajab. Dalam peringatannya, mereka membuat suasana Menara Kudus menjadi Kudus kuno atau Kudus tempo dulu.
"Kami berharap warga Kudus dan sekitarnya datanglah ke Menara Kudus. Di sana (kawasan Menara) bisa menikmati kesenian kuno, makanan kuno dan suasana kuno," kata Ketua Pengurus YM3SK Em Nadjib Hassan pada awak media usai pembukaan Ta'sis Masjid Al Aqsha Menara Kudus, Minggu (24/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nadjib, sebenarnya Ta'sis Masjid Al Aqsha Menara Kudus telah diadakan beberapa kali. Pihaknya menghelat kembali agar masyakarakat ikut merasakan kembali jasa-jasa Sunan Kudus sebagai anggota Wali Songo utamanya terhadap bangunan historis, Menara Kudus sekaligus sebuah destinasi wisata religi.
"Karena harapan kita, ingat bahwa Masjid Menara Kudus dijadikan Sunan Kudus bukan yang terpisahkan. Jadi ya kembali ke khittahnya lah. Bahwa Sunan Kudus ini adalah seorang wali yang penuh kesejukan. Itulah yang diharapkan. Kudus jadi daerah sejuk, penuh dengan tepa selira," imbuhnya.
Dia merepresentasikan pula, jika 19 Rajab sekaligus mewakili terbentuknya negeri Kudus. Sebab sesuai dengan prasasti yang ada di atas mihrab atau tempat imam masjid Al Aqsha, Sunan Kudus telah membangun masjid Al Aqsha dan negeri Kudus pada tanggal 19 Rajab 956 Hijriah.
"Jadi Menara Kudus dan Negeri Kudus tidak bisa dipisahkan. Bukti prasasti ada di atas mihrab atau tempat imam di masjid. Kita sudah minta bantuan untuk membaca prasasti, termasuk para arkeolog," ujar Nadjib kembali.
Disebut negeri Kudus, kata dia membeberkan penjabarannya. Sebagian besar warga di luar Menara, jika menyebut hendak ke Kudus, berarti mereka akan pergi ke kawasan Menara atau pusat kota.
"Negeri Kudus ini ya kawasan ini (Menara Kudus). Belum ada kabupaten kan saat itu. Insya Allah nanti begini. Di samping kami memperingati ini. Karena ini peringatan yang ke-484, mulai tahun depan, nama acara ini menuju 5 abad. Kita sudah merencanakan tahun depan," terang Nadjib.
Lantas apakah dengan momen ini YM3SK berencana mengubah Hari Jadi Kudus, yang semula di Perda Nomor 11 Tahun 1990 adalah 23 September 1549, dan akan diganti jadi 19 Rajab 956 H.
"Jadi begini, sudah ada pembicaraan (dengan Pemkab Kudus). Sehingga mungkin ini ada satu jalan tengah yang terbaik. Bagaimana kalau kita peringati setiap tanggal 19 Rajab sebagai hari jadi Kudus. Bukan bulan masehi tapi hijriah," ujarnya.
Pihaknya berharap ada sinergitas soal hari jadi, sehingga tidak menimbulkan perbedaan. "Syukur kalau bisa sinergi. Kami berharap kalau ini nggawe dewelah, enggaklah. Kita bersinergi karena atas nama Kudus. Jadi tidak atas nama wong menara, tidak atas nama wong lain. Tapi atas nama wong Kudus," tandas Nadjib. (fay/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol