Hari ini, Kamis (4/4/2019) peserta VitaminSea menikmati hari terakhir di Lombok. Adapun destinasi terakhir yang dikunjungi sebelum pulang adalah tempat pembuatan gerabah di Lombok.
Tempatnya ada di Desa Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat. Desa ini terkenal dengan usaha kerajinan gerabahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Para pemenang VitaminSea juga berkesempatan melihat dan belajar bagaimana cara membuat gerabah. Mereka diperlihatkan bagaimana cara membuat asbak rokok.
Awal mula tangan dibasahi dan ambil tanah liat sebesar kepal dewasa. Setelah itu tanah dipukul-pukul, dibentuk dan dihaluskan. Tanah liat ini dibentuk dan diputar di meja bundar yang bisa diputar.
Yayang Delfitia dan Teguh Bagus Surya juga ikut mencoba memegang dan membentuk tanah liat.
"Aku tadi cobain membuat gerabah dengan tradisional. Pertama kali mencoba dan saya terkesan karena masih ada yang tradisional seperti ini. Dan lagi mereka ternyata belajar secara turun temurun dari keluarga. Tradisi ini menurut saya harus dilestarikan," ungkap Teguh.
![]() |
Yayang juga senang bisa mencoba membuat asbak. Ternyata membuat kerajinan tanah liat tidaklah mudah.
"Ternyata pembuatan gerabah tidak semudah dilihat. Tidak hanya butuh keterampilan saja namun juga butuh ketelitian dan insting untuk merasakan kehalusan dan keseimbangan gerah. Hebat deh orang yang bisa membuat gerabah ini," ujarnya.
![]() |
Desa Banyumulek memang terkenal dengan kerajinan gerabahnya. Bahkan gerabah di sini juga di ekspor keluar negeri.
"Hampir seluruh warga desa di sini bekerja sebagai pengrajin gerabah. Hasil-hasil juga di ekspor keluar negeri," jelas Solihin, guide yang mendampingi pemenang VitaminSea.
Adapun tempat terakhir yang kami kunjungi bernama UD Berkat Sabar. Di sini kamu juga bisa membeli beragam kerajinan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 30 ribu-Rp 3 juta. (wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan