Jauh sebelum jadi pusat grosir terbesar di Asia Tenggara, dahulu Tanah Abang atau yang disebut warga Betawi sebagai Tenabang mengawali perjalanannya sebagai kebun di Jakarta Pusat.
Penulis Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017) menjelaskan, kalau dahulu Tanah Abang merupakan area yang rimbun serta asri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari asal muasal, nama Tanah Abang merujuk pada warna tanah di sana yang berwarna merah atau abang. Sebutan itu pun pertama kali disematkan oleh balatentara Mataram yang menyerbu Batavia di tahun 1628,
![]() |
Di tahun tersebut, Yustinus pun mendirikan Pasar Tanah Abang berbarengan dengan Pasar Senen. Sayang, denyut nadi pasar sempat terganggu di tahun 1740 saat terjadi kerusuhan antara Belanda dan etnis Tionghoa atau yang dikenal lewat Geger Pecinan.
Tak sedikit pedagang dari etnis Tionghoa yang tewas saat itu. Kawasan Kali Besar di Kota pun menjadi saksi bisu, bagaimana air di sungai itu berwarna merah akibat jenazah yang dibuang di sana.
![]() |
Hanya saja, pasar tak kembali beroperasi penuh seperti sediakala. Saat itu Pasar Tanah Abang hanya dibuka pada hari Sabtu hingga dikenal juga dengan Pasar Sabtu. Adapun seiring dengan perjalanannya, pasar juga dibuka di hari Rabu.
![]() |
Perdagangan di Pasar Tanah Abang pun kian mantap setelah hadirnya Stasiun Tanah Abang. Keramaiannya pun kian menjadi pada momen bulan Ramadhan seperti sekarang.
Di masa kepemimpinan Presiden Jokowi, tak jarang nama Pasar Tanah Abang diperkenalkan pada duta besar dan tamu penting dari negara tetangga seperti bos Facebook Mark Zuckerberg dan lainnya. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum