Berlokasi di Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Gua Gilap dapat dicapai dengan melakukan perjalanan 1 jam 40 menit, atau 57 kilometer dari jantung Kota Yogyakarta. Namun, sesampainya di Desa Kenteng, pengunjung harus menyusuri jalan cor blok dengan kontur naik turun hingga Dusun Klumpit.
Memasuki Dusun Klumpit, pengunjung hanya perlu menuju SD Klumpit. Sesampainya di SD tersebut terdapat simpang 3 yang salah satu jalannya terbuat dari cor beton. Sampai di simpang 3 itu pengunjung harap mengambil jalur yang terbuat dari cor beton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menyusuri jalan tersebut, pengunjung akan mendapati pelataran yang cukup luas, selain itu terdapat plakat bertuliskan 'Gua Gilap'. Di samping plakat itu terdapat puluhan anak yang mengarah ke bawah, tepatnya ke Gua Gilap.
Menuruni puluhan anak tangga itu, pengunjung akan mendapati pintu masuk ke Gua Gilap. Tampak pula di mulut gua itu terdapat puluhan stalaktit yang memanjakan mata pengunjung.
![]() |
![]() |
Warga Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, Budiyanto (70) menjelaskan, bahwa masyarakat Dusun Klumpit menyebut Gua Gilap dengan nama Gua Song Gilap. Menurutnya, song adalah bebatuan yang terbentuk pada gua dan gilap memiliki arti mengilap.
"Dari dulu namanya Gua Song Gilap, menurut cerita nama itu sudah ada sejak zaman para Wali. Kalau dalam bahasa Jawa, artinya gua yang bagus karena gilap atau mengilap," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Minggu (4/8/2019) kemarin.
Menurut pria yang kerap disapa Paijo ini, Gua Gilap banyak memiliki stalaktit. Sedangan di dalam Gua terdapat sumber air yang saat ini dimanfaatkan warga Dusun Klumpit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kalau pemandangan di dalam gua (Gilap) bagus tapi gelap dan digenangi air. Karena di dalam gua memang ada sumber airnya dan yang menemukan itu (sumber air) saya," katanya.
"Jadi antara tahun 1971-1972 itu saya mencari kelelawar, saat kelelawarnya ada yang terbang ke dalam lubang. Nah, saya kejar dan pas mengejar itu saya dengar suara aliran air," sambung Paijo.
![]() |
Mendengar suara aliran air, Paijo lantas mengabari rekan-rekannya untuk mengecek suara tersebut. Setelah melakukan penyusuran sejauh setengah kilometer, akhirnya ia menemukan sumber air di dalam Gua Gilap.
"Sumber air itu terus dimanfaatkan oleh warga sampai saat ini dengan cara disedot pakai mesin yang dialirkan lewat pipa. Selain itu, saat ini warga berencana untuk mengembangkannya (Gua Gilap) sebagai tempat wisata," kata Paijo.
BACA JUGA: Bukit Teletubbies dari Gunungkidul
Salah satu pemandu wisata Gua Gilap, Joko Susilo (22) menjelaskan, bahwa Gua Gilap memiliki batu dengan ornamen unik. Karena itu, warga ingin memanfaatkan keberadaan Gua tersebut untuk tempat wisata minat khusus.
"Di gua lain biasanya hanya ada stalaktit dan stalakmit, tapi Gua Gilap memiliki batu kapur dengan ornamen teratai dan ornamen jamur. Ornamen pada batu kapur itu terbentuk karena pengaruh suhu dan kondisi di dalam Gua," ucapnya kepada detikcom, Minggu (4/8/2019) malam.
Namun, kata Joko, untuk menikmati pemandangan unik itu pengunjung harus memiliki stamina dan fisik yang prima. Bukan tanpa alasan, hal itu karena memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk mencapai lokasi istana ornamen.
"Karena perlu 2 jam untuk mencapai pos 3, atau yang kami sebut dengan istana ornamen (lokasi batu kapur dengan ornamen menyerupai teratai dan jamur), dan kalau bolak-balik memakan waktu 4 jam," katanya.
"Dan rutenya saat berangkat ke pos 3 itu melawan arus sungai bawah tanah, sedangkan pulangnya mengikuti arus dari Utara ke Selatan," imbuh Joko.
Karena itu, menurut Joko, Gua Gilap benar-benar diperuntukkan bagi wisatawan dengan minat khusus. Tak hanya itu, Joko juga meminta wisatawan agar menaati peraturan khusus saat sampai di istana ornamen.
"Kalau sudah sampai di istana ornamen wisatawan jangan sampai menyentuh satupun ornamen, karena itu (menyentuh batu kapur dengan ornamen unik) bisa menghambat pertumbuhan ornamen pada batu," ujarnya.
![]() |
Joko mengakui, saat ini Gua Gilap belum secara resmi dibuka sebagai tempat wisata. Kendati demikian, ia menyebut sudah ada beberapa wisatawan yang berkunjung ke Gua tersebut.
"Karena wisata minat khusus, saat ini yang datang belum terlalu banyak, biasanya orang-orang dari universitas dan SMA untuk pembelajaran ilmu bumi. Yang dari mancanagera juga ada, yaitu dari Rusia, bahkan sudah beberapa kali itu ke sini (Gua Gilap)," kata Joko.
BACA JUGA: Perfect Match! Pantai Indah dengan Taman Cantik di Gunungkidul
Terkait tarif untuk susur Gua Gulap, Joko mengaku belum memberlakukan tarif resmi. Hal itu karena belum ada keputusan antara warga dengan Pemerintah Desa.
"Belum didealkan sama (Pemerintah) Desa jadi belum ada tarif pasti. Tapi kalau ada tamu sistemnya paketan, biayanya Rp 750 ribu untuk 5 orang, dan bisa berubah juga sesuai dengan kesepakatan awal," ucapnya.
"Paketan itu sudah termasuk 2 pemandu, peralatan (susur Gua Gilap) dan makan satu kali," imbuh Joko.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!