Cerita Lucu dari Pasar Tradisional di Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Lucu dari Pasar Tradisional di Papua

Afif Farhan - detikTravel
Jumat, 15 Nov 2019 09:42 WIB
Pasar tradisional di Wamena (Antara Foto/M Risyal Hidayat)
Jayapura - Beda wilayah di Indonesia, akan beda pula pengalaman yang traveler rasakan. Apalagi, kalau ke pasar-pasar tradisional di Papua.

Papua begitu menarik untuk dikulik. Tak hanya bentang alam yang sangat indah, tapi kehidupan masyarakatnya. Khususnya kalau mendatangi pasar-pasar tradisional di Papua, pasti akan mendapat banyak cerita.

detikcom pernah beberapa kali mendatangi pasar-pasar tradisional Papua, dari di Jayapura sampai Wamena. Begitu menarik melihat geliat masyarakat dan aktivitasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Mengenali Bahasa Papua, Tak Sekadar Epen Kah Cupen Toh

Hari Suroto, salah seorang peneliti dari Balai Arkeolog Papua menjelaskan bahwa ada banyak cerita-cerita lucu dari pasar-pasar di Papua. Sekadar informasi, pria asal Yogyakarta ini sudah menetap di Papua dari tahun 2008.

Dari aktivitas masyarakat Papua di pasar, membuat Hari memahami bagaimana kepribadian orang-orang Papua. Pertama, Hari menjelaskan soal tawar-menawar.

"Biasanya kalau belanja di pasar tradisional, relatif sangat susah untuk ditawar," ujarnya.

"Misalkan satu tumpuk mangga isi 4 buah, harganya Rp 20 ribu. Ditawar dengan harga di bawanya tidak bisa," sambung Hari.

Pasar di WamenaPasar di Wamena (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Namun, mama-mama (sebutan untuk wanita dewasa di Papua) punya jiwa sosial yang tinggi. Hari menjelaskan, walau tak bisa ditawar tapi bisa saja mereka menambahkan bonus.

"Misalnya oke saya beli satu tumpuk mangga, tapi mama bisa tambah satu mangga kah yang kecil saja? Pasti, mama akan kasih," katanya.

BACA JUGA: Tahukah Kamu Arti Nama Papua?

Dalam berjualan, hal yang dihargai adalah usaha keras orang-orang Papua. Hari memberikan contoh yang lucu.

"Saya pernah tanya, bapak ini berapa harga kuskus. Dia jawab, yang kecil Rp 300 ribu dan yang besar Rp 250 ribu. Lho kok mahal yang kecil?" terang Hari.

"Bapak itu menjawab, kuskus yang besar saya diam saja saat ditangkap. Kalau kuskus yang kecil, dia lari saat dikejar sampai naik ke atas pohon dan saya hampir jatuh," paparnya sambil tertawa kecil.

BACA JUGA: Kisah Wamena dan Nama yang Salah Kaprah

Beda lagi kalau para nelayan di Papua yang berjualan. Ketika dagangannya laris manis, mereka pasti membeli ayam.

"Mereka biasanya tangkap ikan yang bagus-bagus seperti ikan tenggiri, lobster, dan lainnya. Kalau sudah dijual dan dapat uang, mereka pulang beli lalapan ayam. Bosan katanya makan ikan," terang Hari.

Para mama yang berjualan di pasar tradisionalPara mama yang berjualan di pasar tradisional (Antara Foto/M Risyal Hidayat)

Menurut Hari, traveler yang mengunjung pasar tradisional di Papua akan merasakan pengalaman betapa jiwa sosial masyarakat Papua. Suatu pengalaman yang pasti akan berkesan.

"Kalau dagangan di pasar tidak habis, mereka akan bagi-bagi dagangannya seperti ikan atau hasil kebun, daripada dibawa pulang ke kampung, berat," ujarnya.

"Pada dasarnya orang Papua itu baik. Apalagi kalau kita sudah dekat dan tidak ada jarak dengan mereka. Itu berarti, kita sudah dianggap sebagai keluarga sendiri," tutup Hari.




(aff/krs)

Hide Ads