Di zaman now, banyak anak-anak yang lebih asyik berada dalam ruangan kamarnya untuk bermain game melalui gadget. Agar tak kecanduan game, dan terkait tumbuh kembang anak agar tak kecanduan game, mereka bisa pula diperkenalkan dengan dolanan tradisional. Dakon, atau congklak, misalnya.
"Di Jawa, khususnya Jawa Tengah, orang mengenal dakon dengan filosofi kejujuran dan ketekunan yang sangat kental. Sebagai sebuah permainan tradisi, dakon menjadi salah satu yang sarat dengan filosofi serta memiliki fungsi-fungsi pelatihan bagi sang anak untuk bekal mereka ketika dewasa," kata Humas Director Holding History of Java Museum, Ki Bambang Widodo, Minggu (1/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam permainannya, dakon melatih anak untuk terbuka, bersikap jujur, berempati serta menjadi ahli strategi handal dengan perhitungan yang tepat. "Agar tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti di lubang kosong kita akan mati," ujar Ki Bambang.
Media permainan dakon adalah papan yang memiliki tujuh lubang berpasangan dengan ujung masing masing sebuah lubang besar sebagai lumbung. Di dalam masing-masing lubang berpasangan tadi diletakkan biji kecik atau kacang berjumlah tujuh butir, masing-masing peserta akan menjalankan biji keciknya di mana tiap lubang di depan akan dibagi satu kecik.
Bila kecik terakhir sampai di lumbung, maka giliran bermain kembali jatuh ke pemain tersebut, bila kecik terakhir jatuh ke lubang lawan maka giliran jatuh pada lawannya. Bila biji kecik terakhir jatuh di lubang kosong sisinya, maka semua kecik di sisi lawan yang berpasangan dengan lubang kosong tersebut akan masuk ke lumbung pemilik lubang kosong dan giliran berganti ke lawan juga. Permainan dilakukan dari kiri ke kanan berputar.
Baca juga: Berburu Suvenir Unik di Malioboro |
Penggunaan kecik sebagai biji permainan di Jawa sendiri merupakan perlambang dari becik atau baik, sedangkan jumlah tujuh lubang permainan yang dalam bahasa Jawa itu pitu adalah perlambang dari pitulungan atau pertolongan.
Selain fungsi filosofis yang ditanamkan pada anak, dakon juga sebagai upaya pelatihan psikologis.
"Dakon akan melatih anak secara afektif, kognitif sekaligus motorik yang memiliki fungsi penting dalam perkembangan anak sebagai bekal dalam kehidupan nantinya," kata CEO Marcomm D'Topeng Kingdom Group yang merupakan holding company History of Java Museum, Elly Halsamer.
Museum History of Java yang berada di Jalan Parangtritis KM 5,5, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul memiliki sejumlah agenda festival tradisional, musik, jajanan tradisional hingga perlombaan bagi anak-anak.
Museum History of Java sendiri berisi ulasan sejarah tentang Pulau Jawa secara live digital, karena menampilkan sekitar 40 item wahana yang terbagi dalam lima zona. Ditampilkan pula cerita sejarah pulau Jawa dan aneka kebudayaan di dalamnya dengan berbagai medium digital.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?