Setelah beberapa bulan sempat vakum, berbagai destinasi Yogyakarta telah kembali menyambut wisatawan. Salah satunya objek wisata unggulan Tebing Breksi.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih menjelaskan dalam pembukaan obyek wisata akan menerapkan protokol kesehatan. Pencegahan COVID-19 diberlakukan, baik bagi wisatawan, pengelola maupun para pelaku wisata.
Kawasan wisata Tebing Breksi di desa Sambirejo Kabupaten Sleman, Yogyakarta, awalnya merupakan tempat penambangan batu alam untuk material bangunan. Sejak tahun 2014 pemerintah Kabupaten Sleman menutup kegiatan pertambangan demi kelestarian lingkungan. Langkah pertama yang mulai dilakukan yakni melakukan edukasi kepada para pelaku pariwisata maupun UMKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tebing Breksi yang Bikin Rindu |
Edukasi tersebut telah dilakukan dengan koordinasi secara online yang membahas tentang protokol kesehatan new normal pariwisata. Wisatawan akan menjalani pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki obyek wisata. Petugas pemeriksa suhu tubuh akan ditempatkan di beberapa titik temu dengan dilengkapi alat yang memadai.
Jika ada pengunjung yang suhu badan di atas normal, maka wisatawan akan dilarang untuk masuk. Selain itu tempat-tempat cuci tangan juga akan dipersiapkan, sehingga wisatawan akan memasuki obyek wisata sudah dalam keadaan bersih.
Hits dan kekinian, mungkin itulah yang bisa menggambarkan taman wisata Tebing Breksi di Yogyakarta ini. Bagaimana tidak, objek wisata yang mulai di perkenalkan tahun 2015 ini menjadi salah satu tujuan paling diburu tak hanya warga Yogyakarta tetapi juga wisatawan luar daerah.
Area wisata yang terbilang unik dan nyeni dengan menyuguhkan atraksi wisata yang berbeda dari tempat lain. Area taman merupakan bekas pertambangan batu alam yang terbentuk akibat aktivitas Gunung Api Purba Nglanggeran.
Atas rekomendasi ahli, Geologi kegiatan pertambangan dihentikan karena berbahas jika di lakukan terus-menerus. Agar bisa dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan warga, pemda setempat akhirnya mengelola bekas pertambangan tersebut menjadi destinasi wisata bertema geowisata.
Ukiran Dinding Tebing
Sebagaimana namanya, taman rekreasi ini memang menghadirkan tebing-tebing batuan breksi yang didominasi warna putih. Hal yang menjadikannya menarik ialah dinding-dinding tebing tidak dibiarkan begitu saja, melainkan di ukir dengan berbagai tema. Ada yang menceritakan sejarah Taman Tebing Breksi itu sendiri, ukiran wayang, hingga yang cukup mencolok ialah ukiran berbentuk naga raksasa. Tak ayal, karya seni ukir ini menjadi sangat menggoda bagi pengunjung untuk dijadikan latar foto.
Sunrise dan Sunset dari Atas Tebing
Agar lebih bervariasi, dibuat juga tangga yang memungkinkan pengunjung naik ke atas tebing. Dari atas, pemandangan alam Yogyakarta yang indah bisa leluasa di lihat. Waktu terbaik untuk naik keatas tebing batu ini ialah saat matahari terbit ataupun matahari tenggelam. Di kedua waktu tersebut, pengunjung memang akan melonjak karena suguhan panoramanya yang menawan. Tak perlu khawatir jika harus datang sepagi mungkin untuk melihat sunrise karena memang Taman Tebing Breksi sudah buka sejak jam 5 pagi.
Amphiteater / Tlatar Seneng
Di sisi lain, di bagian kaki bukit dibangun undakan dengan kursi membentuk setengah lingkaran seperti amphitheater yang diberi nama Tlatar Seneng. Di bagian tengah dibuat panggung dari rumput berbentuk lingkaran besar. Biasanya area ini dijadikan tempat pertunjukan atau panggung hiburan. Beberapa kegiatan konser dan festival pernah diselenggarakan di Tlatar Seneng ini seperti festival seni Campursari, Hadroh, Perkusi, dan Tari. Agenda ngabuburit santai juga sempat diselenggarakan dengan menghadirkan musisi-musisi lokal hingga nasional.
![]() |
Aktivitas Lain
Bagi pengunjung yang hobi melakukan kegiatan olahraga ekstrem, di kawasan Tebing Breksi juga ada area yang dikhususkan untuk olahraga panjat tebing dan sepeda gunung. Tentunya kegiatan ini khusus bagi mereka yang sudah terlatih atau dari komunitas.
Fasilitas di lokasi juga cukup lengkap, seperti tersedianya restoran dan warung-warung. Selain itu, karena memang Tebing Breksi ini sangat nyentrik, sering pula dijadikan lokasi prewedding. Bagi fotografer di Yogyakarta, biasanya sudah sangat paham lokasi dan waktu terbaik untuk mengambil foto.
Fasilitas Pendukung
Area parkir di Tebing Breksi cukup memadai dan kini terus dilakukan pengembangan mengingat semakin melonjaknya kunjungan wisatawan. Fasilitas penunjang lain juga sudah dibuat dan terus dikembangkan. Warung Nasi yang dikelola warga sekitar, Toilet, hingga Musholla kini sudah ada untuk memberi kenyamanan semua pengunjung. Pengunjung yang datang ke taman tebing breksi ini dikenakan biaya tiket yang tergolong terjangkau, yaitu Rp 5.000.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Abdullah Hanif Ariq dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!