Menhir Papua Ini Dibawa ke Jakarta, Eh Tiba-tiba Hilang, Balik ke Papua!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menhir Papua Ini Dibawa ke Jakarta, Eh Tiba-tiba Hilang, Balik ke Papua!

Hari Suroto - detikTravel
Sabtu, 28 Nov 2020 20:14 WIB
Menhir di Bukit Tutari
Menhir, si batu tegak (Hari Suroto/Istimewa)
Jayapura -

Papua punya situs megalitikum yang sakral, namanya Situs megalitikum Tutari. Situs ini terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.

Dari Bandara Sentani, dapat dicapai hanya perlu 15 menit dengan kendaraan motor atau mobil.

Situs ini mudah dijangkau karena berada di kawasan Bukit Tutari, tepi Danau Sentani bagian barat. Dengan latar belakang Danau Sentani, situs ini sangat instagrammable.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seluruh permukaan Bukit Tutari dipenuhi bongkahan-bongkahan batu berwarna hitam. Sebagian batu-batu ini terdapat lukisan di permukaannya.

Menhir di Bukit TutariMenhir di Bukit Tutari Foto: (Hari Suroto/Istimewa)

Lukisan ini merupakan peninggalan Suku Tutari pada masa prasejarah. Dibuatnya dengan cara menggores. Suku Tutari sendiri dianggap sudah punah. Motif yang digoreskan yaitu flora dan fauna Danau Sentani, manusia, benda budaya dan geometris.

ADVERTISEMENT

Di puncak Bukit Tutari terdapat batu tegak atau menhir. Menhir berada di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Menhir di Bukit TutariPemandangan Menhir di Bukit Tutari Foto: (Hari Suroto/Istimewa)

Menhir itu berjumlah 110 buah. Puncak Bukit Tutari ini dipercaya sebagai tempat yang paling sakral, tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

Ada kisah unik di puncak bukit ini. Pada tahun 1990-an, ada yang mengambil satu batu menhir dan dibawa ke Jakarta. Sampai di Jakarta, menhir ini tiba-tiba hilang, kemudian dicari tidak ketemu.

Setelah dilacak ke Jayapura, ternyata menhir ini sudah kembali ke tempat semula di puncak Bukit Tutari. Menhir yang tiba-tiba kembali ini kemudian oleh masyarakat Kampung Doyo Lama dianggap sebagai spesial.

Ada kepercayaan yang berkembang di sana, bagi siapa saja yang mampu mengangkat menhir ini dan terasa ringan maka keinginannya terkabul. Jika tidak maka sebaliknya.


---

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.

(bnl/ddn)

Hide Ads