Traveler pecinta durian, belum lengkap rasanya bila tak mampir ke Desa Wisata Rancamaya. Di sana traveler dapat mencicipi berbagai jenis durian yang legit.
Desa Wisata Rancamaya terletak di Bogor Selatan. Desa ini dikenal sebagai penghasil berbagai jenis durian berkualitas.
detikcom berkesempatan mengunjungi desa ini bersama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) beberapa waktu lalu. Dalam kunjungan itu, Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan bahwa desa wisata memiliki banyak potensi untuk dikembangkan dan dapat membantu menggerakkan perekonomian warga.
"Kami melihat desa-desa wisata ini juga menjadi program unggulan kita. Memang ada juga program besar seperti KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), tapi yang banyak menghidupi masyarakat sekitar adalah kegiatan-kegiatan yang ada di akar rumput," kata Sandiaga.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Bogor Bima Arya juga mengatakan bahwa Desa Rancamaya memiliki potensi di bidang pertanian dan kesenian. Di sana, traveler dapat menikmati pertunjukan di Amfiteater Rancamaya sambil mencicipi durian-durian yang manis.
"Dalam beberapa tahun terakhir kita berupaya mengembangkan konsep desa wisata dan urban farming. Apa yang dilakukan Pak Hilal (pengelola Amfiteater Rancamaya) ini menggali potensi pertanian di sini dikawinkan dengan pendekatan kultural," ujar Bima Arya.
Dalam kunjungan itu, detikcom sempat mencicipi durian berjenis durian susu. Durian susu ini secara fisik memang tak terlalu besar dan dagingnya tak setebal durian montong. Rasanya pun unik, di mana rasa manisnya akan muncul perlahan sehingga penikmatnya akan dibuat ketagihan untuk terus memakan durian ini.
Selain durian susu, para pedagang di Desa Wisata Rancamaya juga berjualan durian jenis lain seperti durian mentega dan durian pandan. Harga durian pun bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu-Rp 500 ribu per kg.
Salah satu pedagang durian di Desa Wisata Rancamaya, Rahman menjelaskan bahwa penduduk desa ini memang sudah lama bergelut di bidang perkebunan durian. Ia menceritakan, usaha penjualan durian yang ia lakukan sekarang merupakan warisan dari kakeknya sejak puluhan tahun lalu.
"Ini turun-temurun dari kakek, sejak tahun 1985. Kemudian ayah saya mulai berjualan pada 1996, baru kemudian saya ini generasi ketiga," katanya.
"Sekitar 80 persen durian dari Rancamaya ini kita tampung. Kan di kampung-kampung sana banyak yang nanam durian, nah itu kita tampung lalu dijual di sini," ujarnya yang membuka lapak di pinggir jalan utama Desa Wisata Rancamaya.
Menurut Rahman, bisnis durian ini cukup menjanjikan. Pasalnya penikmat durian ini tak hanya datang dari Bogor tapi sampai luar kota yaitu Bandung, Jakarta, Tangerang, bahkan Medan.
"Kalau ramai, omset sehari bisa sampai Rp 5 juta. Tapi kalau sepi ya di bawah Rp 1 juta," kata dia.
Rahman pernah mengalami momen terburuk ketika menjual durian pada saat diberlakukannya PSBB. Saat itu ia mengalami penurunan omset sampai 70 persen.
"Penjualan turun sekitar 50-70 persen. Tapi sekarang alhamdullilah sudah mulai normal lagi," ujarnya.
Untuk mensiasati berkurangnya pembeli secara offline, Rahman mengandalkan penjualan durian via online. Dengan begitu, ia tetap dapat menghasilkan uang meskipun wisatawan yang datang ke Desa Wisata Rancamaya sepi saat pandemi COVID-19 ini.
Simak Video "Video: Kok Bisa Vietnam Jadi Raja Durian Baru?"
(pin/fem)