Sebelum mushaf Al-Qur'an tersimpan dan dibungkus rapi di toko-toko buku, ada sekelumit perjalanan dibalik layar pembuatannya. Tak banyak orang mengetahui proses pembuatan kitab suci umat Islam ini.
Di bulan ramadhan ini, detikcom berkesempatan berkunjung ke salah satu tempat pembuatan mushaf Al-Qur'an yang ada di Bandung. Tepatnya berlokasi di Jalan Babakan Sari 1 nomor 71 Kiaracondong, Kota Bandung.
Secara umum pembuatan Al-Qur'an melalui 17 babak. Dari mulai pra cetak, percetakan yang meliputi quality control hingga pendistribusian ke seluruh nusantara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembuatan mushaf Al-Qur'an diawali dengan proses secara digital, di mana tata letak, pengisian warna, tanda baca hingga ilustrasi cover menjadi fokus utamanya. Termasuk pemilihan khat yang akan digunakan dalam Al-Qur'an, umumnya Al-Qur'an menggunakan khat naskhi.
![]() |
Bahan yang digunakan pun sangat diperhatikan terutama yang telah terjamin kehalalannya. Jenis kertas yang digunakan merupakan jenis Quran Paper Premium berwarna kuning gading (ivory) dengan tujuan agar mata tidak cepat lelah saat membaca.
![]() |
Kertas ini mampu bertahan antara 50 sampai 100 tahun lebih dan anti rayap. Ukurannya yang lebih tipis pun membuat kondisi lebih kuat dengan berat sekitar 50 gram.
Sebelum masuk ke tahap percetakan, Syamil Qur'an sebagai salah satu penerbit dan pencetak Alquran terbesar di Jawa Barat memastikan seluruh karyawan telah menjaga Wudhu. Mereka memiliki kebiasaan baik sebelum memulai aktivitas percetakan, yaitu berwudhu, membaca Al Qur'an (tilawah), hingga menunaikan ibadah shalat dhuha.
M. Kh. Rachman Rishatullah selaku Direktur Marketing & Komunikasi Strategi Syamil Quran mengatakan, pihaknya sudah mulai mencetak Al Qur'an sejak 2008 lalu dan mulai mendistribusikan ke berbagai daerah terutama Pulau Jawa.
"Itu yang kemudian ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa ternyata di belakang layar dari mushaf yang ada di masyarakat itu ternyata prosesnya sangat panjang, itu tidak semua orang faham," katanya.
Memasuki percetakan, proses pertama berkaitan dengan pemotongan kertas menggunakan mesin dengan ukuran yang diinginkan. Kemudian masuk pada tahap percetakan, di mana setiap 50 lembar akan diambil sampel dan diperiksa secara manual untuk mengetahui letak kesalahan percetakan.
"Biasanya yang dilihat misalnya kertas terlipat, lalu mengambang (khat, tanda baca Qur'an atau ayat)," ujar salah satu pekerja.
![]() |
Pemeriksaan itu dilakukan tidak hanya sekali, tapi di tiap-tiap memasuki tahap baru akan kembali di cek tiap lembar dan tiap ayat. Pengecekan tersebut dilakukan secara manual oleh pekerja yang memiliki ketajaman dalam penglihatan.
Bahkan salah satu diantara pekerja dapat mengecek lembaran hingga puluhan ribu dalam satu hari. Disebutkan, ia memiliki penglihatan yang tajam untuk melihat ayat Al-Qur'an termasuk tanda baca dan halaman.
Beralih ke sistem lipatan (katern), pada proses ini memisahkan pecahan ayat Al-Qur'an per 32 lembar dengan ditandai garis penanda bagian pinggir. Garis penanda itu menjadi kunci untuk menyatukan katern 1 dengan yang lainnya hingga membentuk satu mushaf utuh.
Proses dilanjutkan dengan menjahit bagian tepi Al Qur'an, di lem, hingga penjilidan. Jika ditemukan kesalahan, proses perbaikan akan dilakukan oleh tim khusus sehingga tidak mengulangi proses dari awal pengerjaan.
Syamil Quran sendiri tercatat telah sejak tahun 2008 dan telah mendistribusikan ke seluruh pulau yang ada di Indonesia. Saat ini, ekspedisi distribusi Al Qur'an di proyeksikan menyentuh bagian timur nusantara seperti Papua.
![]() |
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum