Pengalaman Nyepur dan Gowes dengan Seli: Berburu Sate Maranggi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pengalaman Nyepur dan Gowes dengan Seli: Berburu Sate Maranggi

Dwi Ari Setyadi - detikTravel
Senin, 14 Jun 2021 09:22 WIB
KA Walahar dan sate maranggi
Gowes dan berkereta sampai ke Purwakarta (Dwi Ari Setyadi for detikcom)
Purwakarta -

Sate maranggi di tempat asalnya terasa semakin mudah dijangkau. Kian asyik bisa disambangi dengan nyepur alias naik kereta api dan gowes santai.

Sempat berhenti beroperasi selama larangan mudik, KA Walahar telah wira-wiri kembali sejak pertengahan Mei. Kereta lokal ini melayani penumpang di jalur rel ulang-alik Cikarang-Purwakarta dengan harga tiket tak lebih dari goceng.

Sebuah panggilan kuat untuk menenteng sepeda lipat, sekedar melepas penat dari riuhnya ibu kota, hahaha...

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mengayuh seli (sepeda lipat) sekira 30 km, saya telah berada di Stasiun Cikarang, Selasa (1/6) pagi. Teringat kembali kenangan sekitar 2015, saat KA Walahar memulai perjalanan dari Stasiun Tanjung Priok dan bisa naik di Stasiun Bekasi yang lebih dekat dari Jatiasih, tempat bermukim.

KA Walahar dan sate maranggiKA Walahar dan sate maranggi Foto: Dwi Ari Setyadi for detikcom

Tak mengapa sedikit jauh, namun sate nan lezat sudah menanti. Hanya sepelemparan batu dari Stasiun Cibungur, persinggahan terakhir sebelum masuk ujung perjalanan kereta di Stasiun Purwakarta, sebuah rumah makan menyuguhkan sajian khas daerah ini. Sate maranggi dengan pilihan daging sapi, kambing, dan ayam serta minuman penutup berupa es kelapa muda, sungguh menggugah selera.

ADVERTISEMENT

Tak hanya di Cibungur, kluster Sate Maranggi lengkap dengan nasi timbel dan ketan bakar juga terdapat di seputar Situ Wanayasa, sekitar 20 km dari pusat kota Purwakarta. Selain itu, ada pula deretan kios penjaja Sate maranggi persis di sebelah Stasiun Plered, sekitar 15 km dari Purwakarta.

Jangan khawatir bila terpaksa kalap menyantap suguhan makanan, jalanan berkelok turun naik di kota ini yang harus ditempuh sepeda lipat sepertinya cukup untuk meluruhkan seluruh timbunan lemak.

KA Walahar dan sate maranggiKA Walahar dan sate maranggi Foto: Dwi Ari Setyadi for detikcom

KA Walahar, sebagaimana kereta lokal lainnya, tidak mensyaratkan calon penumpang melakukan rapid test antigen atau GeNose. Namun harus dalam kondisi sehat, tidak menderita flu, pilek, batuk dan demam. Kemudian, wajib menggunakan masker dan suhu badan tidak lebih dari 37,3 derajat celcius.

Meski seluruh stasiun pemberhentian menyediakan penjualan tiket langsung atau go-show mulai tiga jam sebelum jadwal keberangkatan, sebaiknya melakukan pembelian tiket online untuk menghindari kerumunan saat antri karena stasiun-stasiun yang dilewati kereta ini relatif berukuran mungil. Tetap sadar prokes ya Gaes, agar tetap berseri selama pandemi.

KA Walahar dan sate maranggiKA Walahar dan sate maranggi Foto: Dwi Ari Setyadi for detikcom

Saat ini KA Walahar memiliki lima jadwal keberangkatan per hari, baik dari Cikarang maupun Purwakarta. Paling pagi, 05.45 dan terakhir 18.37 dari Cikarang. Sedangkan dari arah sebaliknya, 05.05 dan 17.45.

Jadi, hanya perlu meluangkan sehari untuk berburu Sate maranggi. Ayo, tunggu apa lagi....

---

Artikel ini dibuat oleh Dwi Ari Setyadi, pehobi sepeda, foto, dan berkereta.




(fem/fem)

Hide Ads