Masyarakat Tengger di Bromo memiliki ketergantungan kepada bunga edelweis. Bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga dari sisi budaya.
Ketua Desa Wisata Edelweis Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Teguh Wibowo, mengatakan bunga edelweis merupakan salah satu unsur yang harus ada pada upacara adat. Ada beberapa upacara adat yang harus menggunakan bunga edelweis sebagai sarana.
"Ada beberapa upaya adat yang menggunakan edelweis sebagai salah satu sarana sesaji. Seperti Leliwet, Karo, Kasodo dan lainnya," kata Teguh, Minggu (20/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Teguh, sebelum adanya kebun budidaya edelweis di Wonokitri, warga mengambil dari alam untuk upacara. Namun saat ini kebutuhan itu sudah terpenuhi dari kebun edelweis ini.
"Dulu ya ambil di alam. Sekarang sudah terpenuhi dari kebun ini," terangnya.
![]() |
Untuk memastikan ketersediaan edelweis , kebun budidaya membagikan hasil panen pada warga. Pengelola kebun juga membagikan bibit bagi setiap warga yang ingin menanam edelweis sendiri.
"Kami bersama warga juga menanam edelweis di pekarangan rumah, pinggir jalan maupun di kebun. Bunga ini mudah ditanam. Di Wonokitri ini semua tanah bisa ditanami," jelasnya.
Pihaknya juga memfasilitasi warga luar yang ingin jadi 'pengasuh' bunga edelweis. "Kalau ingin jadi warga Tengger sehari, ayo, kita ajak nanam edelweis di desa," pungkas Teguh.
Kebun bunga abadi ini berada di desa pintu masuk gunung Bromo dari arah Pasuruan. Kebun seluas 1192 meter ini dikelola Desa Wisata Edelweis Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Kebun ini membudidayakan tiga jenis edelweis yakni Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia dan Anaphalis viscida.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol