Kebun Raya Bogor, dari Zaman Pajajaran Sampai Ingin Diajukan Status UNESCO

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kebun Raya Bogor, dari Zaman Pajajaran Sampai Ingin Diajukan Status UNESCO

M.Sholihin - detikTravel
Senin, 04 Okt 2021 09:10 WIB
Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor (M. Sholihin/detikTravel)

Kebun Raya Bogor terus berusaha melakukan penyesuaian. Sehingga fungsi Kebun Raya Bogor yakni konservasi, penelitian, edukasi, wisata dan jasa lingkungan tetap berjalan beriringan. Inovasi dikembangkan agar kebun raya tetap diminati sesuai zamannya tanpa mengurangi marwahnya sebagai kawasan konservasi.

"Dalam pengelolaannya, kita akan tetap memperhatikan 5 fungsi Kebun Raya Bogor yakni, konservasi, penelitian, edukasi, jasa lingkungan dan wisata. Ini akan terus berjalan, tanpa ada 1 fungsi yang memunculkan fungsi lain. Fungsi wisata tidak akan menggeser fungsi konservasi, atau fungsi wisata juga tidak akan menggeser fungsi edukasi," kata Kepala Kantor Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sukma Surya Kusumah, Minggu (3/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyesuaikan perkembangan teknologi, pihak Kebun Raya Bogor kemudian melakukan program digitalisasi dengan memasangi barcode di setiap pohon koleksi yang ada di Kebun Raya Bogor. Tujuannya, agar informasi dari setiap pohon dapat diakses langsung oleh setiap pengunjung. Baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun penelitian.

"Pemasangan barcode sudah kita lakukan sejak 2020. Tapi itu masih bertahap, ini baru sebagian yang kita pasangi barcode karena kan pohon di sini ada 15 ribu pohon lebih, bertahap kita pasang (barcode)," kata Sukma.

ADVERTISEMENT

Dari sisi wisata edukasi, Kebun Raya Bogor yang menggandeng pihak swasta melakukan inovasi-inovasi agar fungsi edukasi konservasi semakin berjalan beriringan dengan fungsi wisata. Belakangan, Kebun Raya Bogor berencana membuka destinasi baru berupa wisata malam bertajuk Glow. Dimana dengan permainan cahaya pengunjung diajak masuk ke dalam dunia fiksi botani dengan informasi-informasi beragam koleksi tumbuhan di Kebun Raya Bogor.

Namun, wisata malam bertajuk glow yang sempat mendapat kritikan dari 5 mantan Kepala Kebun Raya Bogor itu, hingga kini masih menunggu hasil kajian ilmiah lanjutan sebelum dibuka untuk umum. Dalam banyak catatan, cikal bakal Kebun Raya Bogor bahkan disebut sudah ada sejak jaman kerajaan Pajajaran. Informasi tersebut dikaitkan dengan kata "Samidha" yang tertulis pada Prasasti Batu Tulis yang hingga kini masih terawat baik di kawasan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Dalam catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hutan Samidha adalah merujuk pada artian hutan buatan atau lindung yang dibangun oleh Sri Baduga Maharaja atau dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi, yang menjadi Raja Kerajaan Pajajaran pada 1474-1513. Hutan Samidha dibangun untuk menjaga kelestarian lingkungan serta tempat untuk memelihara benih-benih kayu yang langka. Samidha juga diartikan oleh sebagian kelompok sebagai sebuah konsep konservasi, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Makam Belanda di Kebun Raya BogorMakam Belanda di Kebun Raya Bogor (Grandyos Zafna/detikcom)

Hutan buatan ini kemudian ditinggalkan seiring kekalahan Pajajaran atas Kesultanan Banten. Hingga akhirnya, Gubernur Jenderal Belanda Godert Alexander Gerard Philip (G.A.P.P) Van Der Capellen datang, dan menjadikan Kota Bogor yang kala itu dinamai Buitenzorg sebagai salah satu pusat pemerintahan. Namun, perlu penelitian lebih lanjut apakah Kebun Raya Bogor yang pada awal berdirinya bernama 's Lands Plantetuin te Buitenzorgp merupakan bagian dari Samidha yang dibangun Prabu Siliwangi.

Sukma mengatakan Kebun Raya Bogor saat ini sudah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan sebagai situs warisan dunia (world heritage). Statusnya kini menunggu UNESCO menetapkan Kebun Raya Bogor sebagai situs warisan dunia.

"Prosesnya (pengajuan) sudah berjalan lama, kemarin itu sempat kita diminta untuk melengkapi beberapa data. Tapi itu sekarang sudah kita lengkapi dan sudah kita serahkan ke Kemendikbud kembali, karena kan yang mengajukan itu melalui ke Kemendikbud ke UNESCO," Kata Sukma saat berbincang dengan detikcom, Minggu (3/10).

"Artinya sekarang kita tinggal menunggu UNESCO menetapkan sebagai warisan dunia seperti yang kita ajukan," dia menambahkan.



Simak Video "Video: Aksi Arogansi Wanita Acungkan Jari Tengah Saat Lawan Arah di Puncak"
[Gambas:Video 20detik]

(rdy/rdy)

Hide Ads