Objek wisata Taman Kalimosodo bukanlah objek wisata yang sudah punya nama besar. Objek wisata di Desa Sudimoro, Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah tersebut awalnya hanya sungai dengan bekas saluran air kuno di dekatnya.
"Dulu awalnya hanya sungai dan sendang tempat warga mengambil air. Kemudian oleh pemerintah desa Sudimoro dialihkan untuk wisata," ungkap pengelola Kalimosodo, Amin Khairudin pada detikcom, Minggu (12/12/2021) siang.
Dituturkan Amin, nama Kalimosodo itu diambil setelah ada kajian dari kades dan perangkat desa. Karena semula bekas sungai atau kali, dinamai Kalimosodo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena bekas sungai atau kali akhirnya dinamakan Kalimosodo. Disini ada ciri khas khusus beda dengan objek wisata lain," terang Amin.
Ciri khas itu, kata Amin ada pada bangunan talang air atau saluran air kuno bekas peninggalan jaman penjajahan Belanda. Talang air itu dinamakan Plengkung Pitu.
"Di sini ada bekas talang air yang disebut Plengkung Pitu (lekuk tujuh). Saluran air bekas bangunan Belanda ini ada tujuh tiang penyangga dan masih digunakan," papar Amin.
Baca juga: Duh... Situs Candi Jaden di Klaten Terlantar |
![]() |
Talang air pertanian itu, sambung Amin menjadi andalan karena untuk spot foto. Daya tarik itu menyebabkan kunjungan wisatawan lumayan.
"Kunjungan lumayan karena satu Minggu bisa 1.200- 1.300 tiket terjual, ramai terutama Sabtu dan Minggu. Harga tiket Rp 5.000, tapi kalau ada pentas seni jadi Rp 10.000," imbuh Amin.
Wisata yang dikelola BUMDes itu, jelas Amin, luasnya sekitar 15.000 meter milik desa. Diluncurkan baru bulan November lalu.
'"Ini (lokasi) dulu tidak terpakai, kita garap dengan BUMDes sejak 6 bulan lalu tetapi terhalang pandemi. Baru tanggal 29 November kita launching," pungkas Amin.
Untuk mengunjungi Kalimosodo, wisatawan tidak perlu bingung karena rute cukup mudah. Traveler bisa memilih jalan raya Klaten- Boyolali dengan jarak dari pusat kota sekitar 15 kilometer.
Sesampainya di kota Kecamatan Tulung, persisnya simpang tiga Tugu selatan kantor kecamatan, kendaraan tinggal belok ke barat. Sekitar 4 kilometer melintas jalan raya tengah persawahan, akan bertemu papan penunjuk arah atau pemandu jalan.
![]() |
Dari titik papan penunjuk arah itu tinggal melintas jalan desa, yang turunan tajam. Di samping jembatan sudah akan terlihat objek wisata tersebut.
Pengunjung tinggal parkir lalu masuk objek dengan menuruni anak tangga. Kolam renang, sungai, jembatan, bukit, pepohonan dan Plengkung Pitu akan terlihat.
Pengunjung dari Desa Duwet, Kecamatan Ngawen, Maryanta mengatakan datang ke lokasi dengan 50 jamaah Musala. Pemandangan cukup bagus.
"Di sini pemandangan bagus, terutama ada bangunan peninggalan jaman Belanda. Fasilitas lengkap dan tiket murah dibandingkan wisata lainnya, cuma Rp 5.000," kata Maryanta.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!