Bahagia Itu Sederhana, Ngabuburit Sambil Mainan Meriam Bambu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bahagia Itu Sederhana, Ngabuburit Sambil Mainan Meriam Bambu

Dwiky Maulana Velayati - detikTravel
Minggu, 24 Apr 2022 16:40 WIB
Bocah di Kampung Cijerehhilir, Desa Tenjolaya, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ngabuburit dengan bermain meriam bambu.
Foto: Ngabuburit mainan meriam bambu (Dwiky Maulana Velayati/detikcom)
Subang -

Bahagia itu sederhana. Bagi bocah-bocah di Subang, bahagia cukup dengan ngabuburit bersama teman-teman dan bermain meriam bambu. Seperti apa kisahnya?

Ngabuburit merupakan aktivitas masyarakat yang sering dilakukan sambil menunggu azan magrib atau waktu menunggu berbuka puasa di bulan ramadan. Seperti yang dilakukan bocah-bocah Kampung Cijerehhilir, Desa Tenjolaya, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Para bocah desa tersebut, menghabiskan waktu ngabuburit dengan bermain meriam bambu, sebuah aktivitas rutin setiap datang bulan Ramadan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lagi main gombongan (meriam bambu) bersama teman-teman hampir setiap hari jelang buka puasa," ujar Arfan Firmansyah bocah asal Kampung Cijerehhilir kepada detikJabar belum lama ini.

Permainan ini biasa dilakukan sore hari menjelang Magrib. Para bocah ini hanya bermodalkan bambu berukuran besar dengan panjang sekitar satu sampai satu setengah meter saja serta karbit.

ADVERTISEMENT

Arfan menjelaskan, bambu yang sudah dilubangi pada bagian bawah bambu hanya diisi oleh karbit dan air. Setelah itu, potongan karbit kecil yang sudah dihancurkan dimasukkan ke lubang bawah bambu tersebut. Lubang kemudian ditutup agar gas hasil pecampuran air dan karbit tidak keluar.

Tidak menunggu waktu yang cukup lama, para bocah membuka tutupnya lalu diberi api, alhasil, ledakan khas duar seperti perang pun langsung terdengar sampai akhirnya menggema.

"Cara buatnya cuman pakai bambu terus karbit sama air saja, seru banget," katanya.

Para bocah pun terlihat sangat bahagia saat mendengar suara ledakan cukup kencang yang dihasilkan oleh bambu rakitan tersebut.

Meski saat ini dunia sudah serba digital, para bocah di Kampung tersebut pun terlihat bangga dan bahagia atas permainan warisan dari nenek moyang mereka.


----

Artikel ini sudah naik di detikJabar dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads