Ini Dia Rumah Saksi Sejarah Penyusunan Proklamasi di Rengasdengklok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Dia Rumah Saksi Sejarah Penyusunan Proklamasi di Rengasdengklok

Irvan Maulana - detikTravel
Jumat, 19 Agu 2022 12:42 WIB
Rumah tempat Soekarno dan Hatta usai diculik.
Rumah tempat Soekarno dan Hatta disembunyikan di Rengasdengklok, Karawang. Foto: (Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Warga Indonesia mengetahui peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Nah, berikut adalah kisah dari rumah tempat mereka 'diculik'.

Bulan Agustus selalu ramai oleh peringatan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari perayaan hingga diceritakannya kembali kisah-kisah perjuangan bangsa.

Salah satu kisah yang menarik untuk dibahas adalah peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta dari Menteng, Jakarta Pusat ke Rengasdengklok, Karawang. Peristiwa ini tentu diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penculikan tersebut dilakukan oleh golongan muda. Mereka mendesak golongan tua agar memanfaatkan kekosongan kekuasaan untuk memproklamasikan kemerdekaan. Melalui penculikan inilah proklamasi yang diketahui rakyat Indonesia saat ini dapat terbentuk.

Setelah diculik dari Menteng, dua proklamator Indonesia itu dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong. Rumah ini berlokasi di dekat sungai Citarum yang saat ini merupakan perbatasan antara Rengasdengklok di Kabupaten Karawang dan Kedungwaringin di Kabupaten Bekasi.

ADVERTISEMENT

Meski memiliki nama Tionghoa, Djiauw Kie Siong merupakan warga asli Karawang. Ia lahir di Pisangsambo, Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat, pada tahun 1880 dan wafat pada 1964.

Ia merupakan pemilik rumah di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, yang menjadi tempat Bung Karno dan Bung Hatta diinapkan oleh tokoh muda, Chaerul Saleh, Wikana, Aidit, dan Sukarni. Di rumah inilah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia disusun dan ditulis tangan.

"Bahasanya diculik. Kalau anak sekarang diculik artinya kan kriminal, tapi memang untuk memaksa Bung Karno memproklamasikan," kata Ibu Yanto salah seorang cucu dari Djiauw Kie Siong yang kini jadi pengelola rumah singgah Bung Karno, Rabu (17/8) seperti dikutip detikJabar.

Yanto menjelaskan, dulu rumah Djiauw Kie Siong berlokasi persis di dekat sungai, namun seiring berjalan waktu akibat kondisi geologis rumah Djiauw Kie Siong lalu dipindahkan.

"Dulu rumah ini ada di dekat sungai. Tapi tahun 1950 itu ada banjir, karena abrasi, rumah dipindah, dicopot satu per satu kayunya dan dibangun ulang di sini," kata dia.

Kini rumah itu sudah berusia 104 tahun. Meski sempat dipindahkan, namun sekitar 95 persen dari komponen bangunan masih asli. Mulai dari kayu jati pada dinding rumah, tiang, hingga langit-langit dari anyaman bambu dan genting. Yang pernah diganti hanya bambu usuk atap saja.

"Selain itu, lantai rumahnya juga masih asli. Gentingnya juga masih asli, semuanya masih asli," ujar Yanto.

Dikisahkan bahwa dulu lokasi ini dipilih karena Rengasdengklok merupakan tempat yang paling aman. Bahkan konon bendera merah putih sudah berkibar di Rengasdengklok sejak 16 Agustus 1945.

"Dulu di sini aman, rumah bapak (Djiauw Kie Siong) juga yang paling mewah pada masa itu, karena bapak juga termasuk tokoh masyarakat di sini," kata Yanto.

Rumah tempat Soekarno dan Hatta disembunyikan di Rengasdengklok, Karawang.Rumah tempat Soekarno dan Hatta disembunyikan di Rengasdengklok, Karawang. Foto: (Irvan Maulana/detikJabar)

Selain eksterior dan bahan bangunan, perabotan di rumah ini juga masih dipertahankan seperti aslinya. Salah satunya yaitu sebuah bangku teras berukuran besar yang telah berusia satu abad. Bangku ini pernah digunakan Soekarno dan Hatta untuk duduk melepas lelah di teras rumah.

"Yang diganti cuma kaki-kakinya aja, bangkunya masih asli dan bentuknya masih asli," ujar Yanto.

Selain karena Rengasdengklok yang relatif aman, disebutkan bahwa rumah Djiauw Kie Siong ini dipilih karena lokasinya yang tersembunyi. Tak hanya itu, lokasi rumah ini juga terletak dekat dengan sungai. Sehingga dinilai aman jika muncul situasi darurat.

"Dulu mau ke sana tidak ada jalan. Masih hutan (belakang rumah). Kalau di darat kan Jepang masih patroli. Karena di sisi Sungai Citarum, seandainya ada apa-apa, bisa kabur naik perahu," ujar Yanto.

Berdasarkan cerita yang didapat dari Djiauw Kie Siong, Yanto menuturkan, Soekarno beserta rombongan tiba di rumah itu pada 15 Agustus 1945 sore. Mereka kemudian menginap satu malam. Lalu kembali ke Jakarta dan tiba menjelang Subuh, pada tanggal 17 Agustus 1945.

"Katanya pakai dua mobil. Satu Jeep Willys, satu orang tua bilang sih sedan hitam," kata Yanto.

Artikel ini telah tayang di detikJabar. Baca selengkapnya di sini.




(ysn/ysn)

Hide Ads