Heboh harta karun kuno ditemukan di Dusun Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten. Harta karun tersebut diduga peninggalan abad ke-8.
"Periodisasi temuan diperkirakan berasal dari era Mataram kuno. Abad 8-10 Masehi," kata Kabid Kebudayaan Disbudporapar Pemkab Klaten, Widowati di kantornya, Kamis (5/1/2023).
Widowati menjelaskan tim dari dinas langsung mengecek ke lokasi setelah mendapatkan informasi temuan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin kita ke lokasi bersama Kepala Dinas, sub koordinator, saya, dan staf arkeolog. Rencananya dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) juga akan ke lokasi," jelasnya.
Dari hasil pengecekan, lanjutnya, sumur tersebut ditemukan di lahan milik Semi, warga Dusun Kropakan, Desa Mranggen. Lahan oleh pemilik digunakan sebagai tempat pembuatan bata merah.
"Digunakan sebagai tempat pembuatan bata merah yang tanahnya digali. Menurut pemilik lahan saat digali kedalaman 2,5 meter ditemukan struktur batu bata melingkar," paparnya.
Widowati mengatakan struktur itu masih tersusun membentuk sumur dengan diameter 115 sentimeter dan ketebalan dinding sumur 30 sentimeter. Kedalaman belum diketahui.
"Kedalaman belum diketahui karena masih tertutup tanah. Di lokasi juga ditemukan benda lain berupa batu pipisan, gerabah, batu bata bergambar, dan lainnya," imbuh Widowati.
Sementara itu, Ketua Pemuda RW 14 Dusun Kropakan, Pupun Prasetya menjelaskan di sekitar sumur ditemukan banyak benda. Mulai gerabah sampai mata tombak.
"Penemuan banyak sekali. Ada mata tombak, tulang, batu bata ada aksara, pripih, kendi-kendi, dan lainnya. Pokoknya banyak," ungkap Pupun saat ditemui di rumahnya.
Diwawancarai terpisah, Humas Komunitas Pegiat Cagar Budaya (KPCB) Klaten, Hari Wahyudi mengatakan temuan di Desa Mranggen itu paling kompleks. Ada temuan benda untuk aktivitas sehari-hari dan untuk peribadatan.
"Ada benda profan yang berhubungan aktivitas setiap hari dan non-profan untuk pemujaan. Di Mranggen itu ada juga dua batu Yoni dan gong sebagai benda non-profan," jelas Hari.
Di Desa Mranggen, papar Hari, di persawahan yang diduga sebagai permukiman ditemukan benda profan keseharian. Seperti priuk, tempayan, dan lainnya.
"Seperti priuk dan tempayan dan lainnya. Selain itu ditemukan tulang binatang yang dikonsumsi masa itu pada kedalaman lapisan budaya yang sama 2,5 meter," pungkas dia.
----
Artikel ini telah naik di detikJateng dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol