DOMESTIC DESTINATIONS
Kisah Kota Gaib Saranjana dan Legenda Gunung Sebatung

Saranjana, sebuah kota gaib di Pulau Kalimantan ternyata masih berkaitan dengan legenda gunung Sebatung. Bagaimana kisahnya? Mari kita simak.
Keberadaan kota gaib bernama Saranjana turut dikaitkan dengan cerita legenda penciptaan Gunung Sebatung di Kalimantan. Dahulu wilayah Pulau Laut dikuasai Kerjaan Halimun yang dipimpin Raja Pakurindang.
Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur adalah salah satu peneliti yang mendalami Saranjana. Dalam jurnalnya berjudul Saranjana in Historical Record: The City's Invisibility in Pulau Laut, South Kalimantan, Mansyur menceritakan kisah legenda masyarakat terkait penciptaan Gunung Sebatung itu.
Dikisahkan bahwa Raja Pakurindang memiliki dua anak yang sering bertengkar. Mereka adalah Sambu Ranjana dan Sambu Batung.
Sang raja pun ingin menyudahi pertikaian kedua putranya dengan membagi wilayah kekuasaan. Sambu Batung akhirnya menguasai alam manusia yang kemudian menjelma menjadi Gunung Sebatung.
Sementara Sambu Ranjana mengambil jalan lain. Dia tak ingin ikut bersama saudaranya sehingga kemudian membangun Kota Saranjana di alam gaib.
Mansyur juga menawarkan hipotesis bahwa Saranjana adalah wilayah suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut. Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim, sub suku Dayak yang mendiami wilayah timur laut Kalimantan Selatan.
Berdasarkan sumber lisan, kerajaan mereka dikenal dengan nama Nan Sarunai yang dirusak oleh pasukan Jawa yang dipanggil dari Marajampahit atau Majapahit. Kerajaan Saranjana disebut muncul sebelum 1660-an atau sebelum abad ke-17 Masehi. Sambu Ranjana adalah kepala suku.
Selain itu, dalam hipotesisnya, disebutkan bahwa Saranjana sebagai kota impian. Dasar hipotesisnya bermula dari sejarah Pulau Laut yang pernah dikuasai bangsawan Kesultanan Banjar yang bernama Pangeran Purabaya.
Pangeran Purabaya merupakan bangsawan awal yang membangun Pulau Laut. Namun belum tuntas pembangunan, ia memberontak tetapi berhasil ditumpas.
Selanjutnya setelah Purabaya tewas pada 1717, tak banyak catatan sejarah mengenai wilayah ini. Catatan yang ditemukan mengatakan bahwa Pulau Laut sempat dipinjamkan ke VOC untuk mengumpulkan komoditas sarang walet.
Saranjana pun akhirnya menjadi memori kolektif, di mana wilayah itu dulunya pernah diharapkan Purabaya sebagai daerah yang maju. Seiring waktu, ini justru menjadi mitos kota impian, lengkap dengan segala teknologi canggih dan kemewahan yang melingkupinya.
-----
Artikel ini telah naik di detikSulsel dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
Simak Video "Pele Diabadikan Jadi Nama Jalan di Brasil"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)