Cagar Alam Pananjung merupakan salah satu kawasan hutan yang dilindungi di Kabupaten Pangandaran. Ragam flora dan fauna hingga jejak sejarah tersimpan di dalamnya.
Di tengah hutan Cagar Alam Pangandaran, terdapat sebuah lapangan banteng. Konon kawasan itu dulunya merupakan area padang penggembalaan.
Selain itu di padang penggembalaan itu sering muncul banteng betina terakhir di Cagar Alam. Banteng itu salah satu yang masih bertahan dan hidup berdampingan dengan rusa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun gerombolannya sudah punah, banteng betina itu sering menampakkan diri.
![]() |
Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangandaran Kusnadi mengatakan jika di Cagar Alam masih tersisa satu banteng betina atau disebut Bos Javanicus/Bos Sondabicus.
"Banteng terakhir itu memang jarang muncul, tapi kerap kali menampakkan diri di lapangan banteng itu," kata Kusnadi kepada detikJabar belum lama ini.
Ia mengatakan awal mula terbentuknya lapangan banteng itu bermula pada tahun 1922 zaman Residen Priangan (Y. Eyken) berkuasa di wilayah tersebut.
"Kemudian dia mengusulkan untuk menjadikan kawasan perladangan," ucapnya.
Kendati demikian, kata Kusnadi, semula kawasan itu dimasukkan 1 banteng jantan dan 2 ekor betina. "Sehingga berkembang biak beberapa banteng," katanya.
Menurutnya karena cagar alam terdapat banyak rusa, banteng tersebut berbaur dengan beberapa habitat lainnya.
"Bahkan saat ini banteng betina itu jika muncul sering didampingi 2 rusa jantan. Ya bisa disebut gerombolannya," ucapnya.
Kepunahan banteng di kawasan cagar alam disebabkan setelah adanya letusan gunung merapi Galunggung. "Kepunahannya saat zaman gunung api Galunggung meletus sekitar 1982," katanya.
Kusnadi mengatakan makanan banteng itu tak jauh dengan sapi dan rusa yang memakan rumput. "Ya makannya japang pait, japang kawat, dan rumput dom-doman," katanya.
"Kalau rencana perkawinan atau penambahan habitat banteng ada, rencana sih tahun 2024 akan dikawinkan," paparnya.
Dia menambahkan, secara tampilan kondisi banteng betina itu kelihatan sehat, namun sangat begitu kurus.
"Mudah-mudahan saja masih bisa bertahan sampai nanti ada banteng betinanya," ucapnya.
---
Artikel ini telah tayang di detikJabar.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan