Daerah Koja terdapat makam Mbah Priok. Dia sosok di balik nama daerah Tanjung Priok. Siapakah beliau?
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar di DKI Jakarta. Di Jakarta Utara, tepatnya di daerah Koja, Kecamatan Tanjung Priok, terdapat makam yang juga jadi cagar budaya, adalah makam Mbah Priok.
Adakah hubungannya?
Melansir Pustaka Pejaten, Mbah Priok yang memiliki nama asli Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad lahir di Ulu, Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1291 H / 1870 M. Semasa hidupnya, Ia aktif dalam usaha penyebaran agama Islam, terutama pada abad ke-18.
Biografi Mbah Priok
Saat kecil beliau belajar ilmu agama dari kakek dan ayahnya di Palembang. Kemudian, ketika remaja, dia mengembara untuk belajar agama ke selama beberapa tahun ke Hadramaut, Yaman, sebelum akhirnya kembali ke Palembang.
Saat pengembaraan, dia tak hanya mendalami ilmu agama Islam. Ia juga menelusuri jejak-jejak leluhurnya, yakni Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Shohib Ratib Haddad.
Pada tahun 1880, tepatnya ketika petani Banten dan Ulama memberontak kepada kompeni Belanda, Mbah Priok turut membantu dengan memberi perlindungan pada mereka.
Sebelumnya, dia juga sempat datang ke Jawa, saat usianya 29 tahun. Dikisahkan karena saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda, perjalanan Habib Ali Al-Haddad mengalami banyak gangguan dari Belanda.
Akhir Perjalanan Mbah Priok
Dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua bulan, mereka singgah di beberapa tempat. Hingga pada sebuah perjalanan yang membuat perahu mereka dihantam badai.
Badai itu cukup besar hingga membuat perbekalan mereka tumpah ke laut. Namun masih tersisa sebagian peralatan dapur seperti periuk dan beberapa liter beras.
Untuk menanak nasi, mereka harus menggunakan potongan kayu kapal sebagai bahan bakar. Hingga beberapa hari kemudian, kapal mereka kembali dihantam badai.
Pada beberapa cerita masyarakat, bahkan Mbah Priok memiliki karomah, atau keajaiban, yakni dapat membuat nasi dari periuk dengan cara memasukannya ke dalam jubahnya.
"Dia naik kapal dan kapalnya terombang ambing, selama terombang ambing dia seperti punya karomah. Jadi makanannya sudah habis, tapi dia punya periuk nasi kalo dimasukan ke dalam jubahnya keluar nasi yang sudah matang, nah itu dianggap karomahnya," kata perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia, Ira Latief, saat memandu wisata religi bersama Disparekraf DKI Jakarta, Minggu (9/4/2023).
Hingga akhirnya tiga orang pengikutnya meninggal dunia terlebih dahulu, sebelum disusul oleh Mbah Priok yang jatuh sakit dan kemudian wafat.
Sementara itu adiknya, Habib Ali Al-Haddad dikisahkan terdorong oleh ombak-ombak kecil dan ikan lumba-lumba, sehingga terdampar di pantai utara Batavia. Kemudian mereka dilihat oleh nelayan setempat dan kemudian jenazah Mbah Priok kemudian dimakamkan.
Kayu dayung yang sudah patah digunakan jadi nisan di bagian kepala, sementara di bagian kaki ditancapkan nisan dari sebatang kayu sebesar kaki anak-anak. Sedangkan periuk nasi miliknya ditaruh di sisi makam.
Masyarakat sekitar juga disebutkan melihat kuburan yang terdapat periuk, yakni makam Mbah Priok selalu memancarkan cahaya di malam hari. Selain itu di atas makamnya ditanam bunga tanjung. Sehingga ini lah yang jadi latar belakang nama dari daerah Tanjung Priok.
Riwayat Makam
Saat ini makam Mbah Priok dapat ditemui di daerah Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Makam yang telah menjadi cagar budaya sejak tahun 2017 ini ternyata merupakan makam pindahan.
Sebelumnya, Belanda menggusur makam Mbah Priok, tapi tidak mampu karena terjadi banyak kendala di dalamnya. Akhirnya pihak Belanda mencari adik Mbah Priok, yakni Habib Zein bin Muhammad Al-Haddad, yang datang dari Palembang untuk memimpin doa agar jasad Mbah Priok mudah dipindahkan.
Diceritakan bahwa saat itu jenazah Mbah Priok masih utuh. Begitu pula kain kafannya, tidak rusak sama sekali.
Dikisahkan juga bahwa dulunya area sekitar makam ini merupakan pemukiman warga, namun setelah adanya bedol desa yang membuat semua warga pindah, makam ini tetap berada di lokasi tersebut.
"Ketika menjadi kawasan peti kemas digusur semua kecuali makam mbah Priok. Makam mbah Priok ini sudah dipindahin dari awalnya yang dekat Ancol. Nah, di sini ketika semua warga dibedol desa, makamnya aja yang nggak pindah," ujar Ira.
Lokasi makam saat ini yang berada di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara jadi tujuan wisata religi oleh banyak orang. Traveler dapat bebas berkunjung ke sini untuk berziarah ke makam tersebut.
Simak Video "Menelusuri Kemegahan Masjid Baiturrahman yang Mengagumkan, Aceh"
(wkn/fem)