Ngabuburit di Jakarta, Cobalah Tur Wisata Religi Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ngabuburit di Jakarta, Cobalah Tur Wisata Religi Ini

Weka Kanaka - detikTravel
Minggu, 16 Apr 2023 16:40 WIB
Masjid Angke
Wisata religi ke masjid tertua Jakarta (Weka Kanaka/detikTravel)
Jakarta -

Ada banyak tempat yang bisa dijadikan tempat ngabuburit. Untuk memperdalam cinta akan islam, cobalah tur wisata religi yang satu ini.

Disparekraf DKI Jakarta kembali melaksanakan wisata religi pada momen Ramadan. Kali ini kami diajak berkeliling masjid dan makam bersejarah di kawasan Jakarta Barat.

Agenda wisata religi rutin mereka lakukan tiap tahunnya. Pada tahun ini mereka melaksanakan nyaris di tiap akhir pekan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Destinasi tiap perjalanan berbeda-beda, nyaris tiap daerah di Jakarta mereka jelajahi. Tapi ada satu destinasi yang tidak pernah terlewati setiap perjalanan, adalah Masjid Istiqlal.

Masjid ini jadi spot utama setiap perjalanan, karena masjid ini selain jadi masjid kebanggaan masyarakat Indonesia, mengingat terbesar se-Asia Tenggara. Tapi juga jadi wujud toleransi beragama, lewat latar belakang pembangunan masjid yang juga terdapat peran Frederich Silaban yang seorang Kristen Protestan dan menjadi arsitek pembuatan masjid ini.

ADVERTISEMENT

Masjid Istiqlal juga berhadapan langsung dengan Katedral, bahkan dapat dilihat rupa katedral baik dari depan masjid atau dari pelataran masjid. Selain itu, masjid ini juga terbuka untuk umum, baik untuk ibadah atau rombongan wisata. Tak jarang rombongan wisatawan asing juga berkunjung ke masjid ini.

Masjid AngkeMasjid Angke Foto: (Weka Kanaka/detikTravel)

Selanjutnya kami diajak berangkat ke daerah Angke, di sana terdapat salah satu masjid tertua di Jakarta. Adalah Masjid Angke atau Masjid Jami Al Anwar, yang juga merupakan cagar masjid cagar budaya di Jakarta.

Masjid AngkeMasjid Angke Foto: (Weka Kanaka/detikTravel)

Masjid ini terletak cukup tersembunyi, di sebuah gang yang cukup sempit. Kami mengunjunginya dengan berjalan kaki. Masjid ini disinyalir berusia nyaris 3 abad, yakni dibangun pada tahun 1761.

Masjid Angke memiliki akulturasi budaya pada arsitekturnya, seperti budaya Bali, Arab, Tionghoa, hingga Belanda. Dulunya masjid ini juga jadi tempat untuk membuat strategi perang melawan Belanda, kata perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia Jakarta, Dwinda Nafisah, pada Sabtu, (15/4/2023).

"Masjid Angke ini selain jadi masjid tertua di Jakarta, juga merupakan tempat orang-orang berkumpul untuk membahas strategi perang melawan Belanda. Walaupun kawasan ini sebenarnya tidak jauh dari kawasan pemerintahan kolonial saat itu, yang ada di daerah Jakarta Kota saat ini," katanya.

Masjid Jami AnnawierMasjid Jami Annawier Foto: (Weka Kanaka/detikTravel)

Selain itu pada area depan masjid, terdapat pula makam Pangeran Syarif Hamid Al Qadri, yakni salah seorang putra sulung Sultan Pontianak, dan berperan dalam merancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila.

Lalu kami diajak bergeser, tak jauh dari tempat tersebut terdapat masjid yang tak kalah bersejarah, yakni Masjid Jami Annawier. Masjid ini merupakan salah satu cagar budaya, walau begitu, rupa dari masjid ini begitu memukau dan modern.

Arsitekturnya beragam, perpaduan dari Arab, Eropa, serta Jawa. Terdapat 33 pilar di sini, yang mengangkat makna filosofis dari kalimat tasbih, tahmid, dan takbir. Hal tersebut dijelaskan oleh Ketua DKM Masjid Jami Annawier, Dikky.

"Kita di sini ada 33 pilar, yang itu mengambil makna filosofis sesuai tasbih, tahmid, dan juga takbir," terangnya.

Langgar TinggiLanggar Tinggi Foto: (Weka Kanaka/detikTravel)

Perjalanan belum usai, kami masih lanjut ke sebuah tempat ibadah yang tak kalah bersejarah dan jadi Cagar Budaya, yakni Langgar Tinggi.

Langgar Tinggi merupakan sebuah tempat ibadah yang dulunya difungsikan untuk tempat sementara ketika Masjid Jami Annawier sedang proses renovasi. Namun tak hanya jadi tempat sementara, tapi masjd ini juga jadi tempat berkumpulnya kaum pedagang di sekitaran Pekojan, atau Kampung Arab.

Dikisahkan tempat ibadah ini berdiri pada tahun 1828, namun masih berdiri kokoh hingga saat ini.

"Kegiatan masjid semua pindah ke langgar ini. Itu tahun 1828 berdirinya, sejak zaman Diponegoro," tutur Pengurs Langgar Tinggi, Ahmad Alwi Assegaf.

"Mereka pedagang dari Yaman ini mereka sambil berdagang sambil berdakwah. Hasil dagangan dipake buat dakwah. Ada juga yang dari India, Gujarat, Pakistan. Mereka berkomunitas di sini, banyak India muslim di sini, dan dulu itu disebut Koja, jadi membuat nama kampung ini disebut pekojan," terangnya.

Yang jadi menarik, Langgar Tinggi ini memadukan budaya China, Arab, hingga Portugis. Selain itu, tempat ini juga masih aktif untuk aktivitas peribadatan, walaupun kondisi Masjid Jami Annawier juga aktif digunakan. Sekaligus tempat ini jadi destinasi terakhir wisata religi kami pada hari ini.




(bnl/bnl)

Hide Ads