Hotel ini melegenda karena merupakan pionir berkembangnya Prawirotaman menjadi kampung turis, namanya Hotel Airlangga. Bangunan hotel ini berdiri cukup luas di sisi jalan, tidak jauh dari gerbang masuk Prawirotaman I.
Airin Karinasari, cucu pendiri hotel Airlangga, menyatakan bahwa hotel Airlangga telah ada sejak 1970-an. Dulu, hotel ini merupakan rumah biasa yang juga digunakan sebagai tempat usaha batik, sebagaimana mata pencaharian mayoritas warga Prawirotaman pada masa itu.
Namun, karena usaha batik mulai meredup, pendiri hotel mulai melakukan inovasi dengan menawarkan paket di mana turis bisa membeli batik sekalian menginap dan melihat proses pembuatan batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan memang Eyang saya itu dulu kan ekspor impor mobil dari Australia, nah itu kan banyak kenalan bule-bule. Dari sana mereka sering main ke sini, jadi sekalian diajak nginaplah. Karena rame jadi dibikin kayak homestay sekalian batik," kata Airin.
Hotel yang berlokasi di Jalan Prawirotaman, No. 6-8, Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, ini kini telah berkembang mulai dari satu rumah hingga meluas bisa membeli bangunan-bangunan di sampingnya.
Nama Hotel Airlangga diambil dari nama Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan, digunakan karena sang pendiri memang menyukai hal-hal berbau sejarah, dengan harapan hotelnya bisa menjadi besar seperti nama Raja Airlangga.
![]() |
Baca juga: Menyantap Burjo Sultan di Prawirotaman |
Dulu, bangunan hotel ini memiliki desain ala Belanda dengan penggunaan kayu lama seperti kayu jati. Sayangnya, bagian atap bangunan tersebut rusak ketika terkena gempa 2007. Karena itu, Airin yang juga seorang arsitek merenovasi bangunan menjadi lebih modern dengan nuansa putih bersih.
Ia juga mengatakan bahwa hotel yang kini diurus oleh lima orang cucu pendiri pertama ini berusaha untuk terus menyesuaikan zaman dan memilih fasilitas yang mudah dalam perawatannya.
Bangunan tampak terbagi menjadi dua bagian, di satu sisi bangunan untuk kamar dan fasilitas bersantai serta kolam renang di tengah-tengahnya, sisi lainnya merupakan area lobby dan resepsionis. Tepat di sebelahnya ada kafe Lokabana yang juga merupakan bagian dari hotel.
"Jadi konsepnya sih sebenarnya ini buat fasilitas hotel juga buat sarapan, tapi kita buka untuk umum juga. Ini buka cuma sampai jam 21.00. Kita kasih branding sendiri kafenya tapi sebenarnya masih part of hotel," ujar Airin.
Hotel Airlangga memiliki 40 kamar dibagi dalam 3 tipe berbeda yaitu standar, deluxe, dan family. Harga per malamnya ada di kisaran Rp 200 ribu - Rp 500 ribu.
![]() |
Jika dulu tamu hotel kebanyakan berasal dari luar terutama Australia, sekarang justru Hotel Airlangga lebih banyak disinggahi turis domestik. Hal ini dipengaruhi semakin banyaknya hotel yang dibuka di Prawirotaman, terutama jika hotel tersebut dimiliki oleh warga asing maka turis asing pun banyak yang lebih tertarik.
"Pemiliknya pun banyak bule, jadi mereka kan udah konek sana sini. Dulu dibuka aja hotel udah datang sendiri pengunjung, gak perlu promosi. Sekarang kan kita harus menonjolkan sesuatu," kata Airin.
Sampai sekarang Hotel Airlangga masih berpromosi secara online dan dari mulut ke mulut, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang pernah menginap di sini atau oleh warga sekitar yang memberikan rekomendasi pada turis.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia