Salah satu peninggalan kerajaan Mataram yang masih ada sampai sekarang adalah Masjid Gedhe Mataram. Masjid ini kini bukan hanya digunakan sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi salah satu destinasi wisata favorit di kawasan Kotagede.
Masjid ini dibangun oleh Panembahan Senopati pada tahun 1587 dan dirancang langsung oleh Sunan Kalijaga sebelum ia wafat sekitar tahun 1580 M. Sunan Kalijaga sendiri merupakan guru dari Panembahan Senopati.
Pembangunan masjid membutuhkan waktu yang cukup lama karena bahan-bahan bangunan diambil dari Cepu, Bojonegoro. Dengan jarak yang jauh tersebut pengangkutan bahan hanya menggunakan kereta yang dibawa kerbau.
Masjid ini dibangun sebagai sarana pengembangan agama islam di pulau Jawa bagian Selatan, karena pada saat itu islam hanya berkembang di pantai Utara. Selain itu pembangunan masjid menjadi pemenuhan landasan ideal kerajaan Islam.
"Landasan idealnya itu bernama Catur Gotro Tunggal, Catur itu empat, Gotro itu wujud, Tunggal menjadi satu. Empat wujud menjadi satu itu kerajaan, masjid, alun-alun, sama pasar. Jadi masjid ini fungsinya itu tadi, sebagai landasan kesultanan Islam," kata Warisman, juru kunci Masjid Gedhe Mataram.
Masjid Gedhe Mataram ini memiliki desain arsitektur yang mengesankan kemegahan bangunannya bisa dilihat dari luar. Terdapat tiga pintu masuk untuk besar yang ketiganya terbuat dari bata dan membentuk gapura. Gapura ini merupakan hasil pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha.
Di kompleks masjid ini juga terdapat pemandian dan pemakaman besar yang juga menjadi tempat pemakaman dari Ki Ageng Pemanahan, ayah dari Panembahan Senopati.
Masjid memiliki halaman yang luas dengan dua bagian yaitu bagian dalam dan bagian luar yang terbuka. Terdapat kolam kecil yang mengelilingi sisi-sisi bangunan masjid.
Bukan hanya muslim, turis-turis non muslim dari luar negeri pun cukup sering datang ke sini. Biasanya turis-turis asing ini datang pada hari Senin, Selasa, dan Rabu. Bulan Sya'ban dan Muharram menjadi bulan-bulan di mana masjid ini dipenuhi turis.
"Bulan Sya'ban itu ada istilahnya di dalam bahasa Jawa itu Nyadran, tradisi mendoakan atau penghormatan kepada leluhur yang sudah meninggal. Kalau bulan Muharram itu kan 1 Suro, bulan-bulan mulia. Sehingga banyak yang ziarah," kata Warisman.
Sedangkan pada libur semester, masjid akan lebih banyak dikunjungi oleh siswa dan mahasiswa yang melakukan observasi, penelitian, dan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan sejarah Masjid Gedhe Mataram.
Sehari-hari masjid akan berjalan seperti masjid pada umumnya, beribadah, pengadaan kajian dan pengajian. Masjid ini pun digunakan warga sekitar untuk mengadakan upacara pemberangkatan jenazah dan ijab qabul. Selain itu masjid juga memberikan bantuan pada warga kurang mampu, menyediakan fasilitas kesehatan, dan santunan pada anak yatim.
Masjid Gedhe Mataram terbuka untuk umum asal pengunjung menggunakan pakaian yang sopan. Bagi traveler yang ingin berjalan-jalan ke kawasan Kotagede, wajib singgah ke masjid ini. Lokasinya ada di Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Simak Video "Menelusuri Kemegahan Masjid Baiturrahman yang Mengagumkan, Aceh"
(fem/fem)