Di Boyolali, ada sebuah waduk yang dikenal indah. Waduk Cengklik namanya. Selain indah, ternyata waduk ini diselimuti kisah-kisah mistis.
Waduk Cengklik makin eksis di media sosial lantaran keindahan sunsetnya. Namun, siapa sangka di balik keindahannya ternyata Waduk Cengklik menyimpan sejumlah cerita mistis yang merebak di warga sekitar.
Mbah Wardi, seorang warga setempat yang lahir pada tahun 1947, menceritakan sejarah Waduk Cengklik dan kejadian-kejadian mistis yang sering terjadi di sekitar waduk ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mbah Wardi, Waduk Cengklik pertama kali dibangun pada tahun 1927 oleh orang Belanda yang memiliki kemungkinan bekerja sama dengan Keraton Solo. Luas Waduk Cengklik diketahui mengelilingi tiga kelurahan, di antaranya Sobokerto, Centing, dan Ngargorejo.
Diketahui, tujuan awal pembangunan Waduk Cengklik adalah untuk kepentingan pertanian. Sehingga kini mulai dikelola oleh warga sekitar dari tiga kelurahan tersebut.
"Waduk Cengklik dibuat pada tahun '27 pembentukan pertama. Waduk Cengklik ini luasnya tiga kelurahan, satu Sobokerto, dua Centing Kecamatan Sambi, tiga Ngargorejo dibangun oleh Belanda. Hubungannya Belanda dengan Keraton Solo ya bisa. Selanjutnya dikelola oleh masyarakat tiga kelurahan ini. (Tujuan awal dibangun?) Ya untuk pertanian," ujar Mbah Wardi di Waduk Cengklik, beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan waduk yang terletak di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak ini memiliki "penunggu" atau makhluk gaib yang menghuni. Bahkan, kejadian mistis sudah dianggap biasa menurutnya.
"(Ada penunggu?) Ya ada ada saja. Penunggu banyak, di sini aja ada," ujarnya.
Mbah Wardi juga mengklaim bahwa ada makhluk peri yang mendiami waduk ini. Bahkan tak jarang mereka sering menampakkan wujudnya. Terdapat juga cerita tentang "Banaspati," makhluk halus yang berbentuk api.
Mbah Wardi menjelaskan, bahwa makhluk ini membutuhkan tumbal sebagai bagian dari kesepakatan dengan masyarakat setempat. Tumbal yang disebut "pajak" ini diartikan warga sebagai jatah imbal balik ketika mengambil banyak ikan. Bahkan, tumbal yang diminta bisa setahun sekali.
"(Sosok peri?) Ada, ada. Yang kamu tanyakan itu ada di sini ada. Nggak apa-apa, misalnya satu peri, dua banaspati," ucapnya.
Baca juga: Judol buat Turis China Enggan ke Thailand! |
"Ya minta pajak, pajak memang itu sudah jatahnya. Ya untuk kepentingan situ, misale ikan banyak ngambil ikan banyak tukarnya ya itu. Jadi imbal baliknya ya itu. Sing penting ngati-ati, ngati-ati awake dewe (Yang penting hati-hati, hati-hati diri sendiri). Tapi suwe mboten enten (Tapi lama tidak ada). Pun suwe banget (Sudah lama sekali)," jelasnya.
Ditemui terpisah, Nanang pemilik warung di pinggir Waduk Cengklik menyatakan bahwa dulunya di beberapa bagian sering memakan korban. Dari berbagai sisi, mulai dari barat hingga timur.
Kebanyakan mereka yang menjadi tumbal karena tenggelam di Waduk Cengklik. Namun, saat ini sudah jarang ada yang tenggelam.
"Wah mriki pundi-pundi pun wonten Mbak, kilen enten, etan enten, kerem kebanyakan kerem. Riyin enggih mbak nek riyin, nek sak niki pun jarang. Nek kula alit niku kelingan kula tiap tahun pasti ada lah. Niki pun jarang, entah berapa tahun sekali. (Wah di sini mana-mana sudah ada Mbak, barat ada, timur ada, tenggelam kebanyakan, tenggelam," kata Nanang di area wisata perahu Waduk Cengklik.
"Dulu ya mbak, kalau dulu iya, sekarang sudah jarang. Kalau saya kecil seingat saya tiap tahun pasti ada lah. Ini sudah jarang, entah berapa tahun sekali)," tambahnya pada detikJateng.
Hal itu juga dibenarkan Ratmin, Juru Kunci Petilasan Kyai Umar Zazid, yang ada di salah satu pulau di Waduk Cengklik. Menurutnya, kisah mengenai tumbal tidak selalu terjadi di waduk.
Ratmin mengatakan ada beberapa tumbal yang meninggal dengan cara "dijemput" di rumahnya dan disebut "Kalap Darat" atau yang berarti tenggelam di darat. Sehingga tidak diketahui apakah masih ada tumbal.
"Nek riyin asli wong mriki, nek sakniki enten sing namine Kalap Darat niku enten sing langsung teng griyo terus meninggal nggih wonten. (Kalau dulu asli orang sini, kalau sekarang ada yang namanya "Kalap Darat" itu ada yang langsung ke rumah lalu meninggal ya ada)," ucap Ratmin, pada Rabu (1/11/2023).
"Jadi ya nggak tahu sekarang tiap tahun apa ndaknya. Nek kalap teng airnya pun jarang (Kalau tenggelam ke air sudah jarang). Ada yang dijemput ke rumah, cuman itu cuma rumornya," jelas Ratmin yang biasa disapa dengan panggilan Mbah Min itu.
Meskipun cerita mistis sudah terdengar sejak lama, Waduk Cenglik tak pernah sepi dari pengunjung untuk sekadar bersantai atau memancing. Bahkan, sunset di Waduk Cenglik kini menjadi buruan.
-------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?