Keraton Cirebon merupakan bangunan bersejarah yang masih bertahan sampai sekarang. Di sana, ada sebuah batu yang konon menunjuk ke arah kiblat dan punya mitos tersendiri.
Cirebon memiliki berbagai macam hal yang unik dan menarik untuk diulik lebih jauh. Salah satunya adalah sejarah dan mitos Batu Gilang yang ada di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon.
Dilihat dari bentuknya, Batu Gilang berbentuk lonjong dengan panjang sekitar dua meter yang terletak di dalam Museum Kasepuhan. Area Batu Gilang dibatasi dengan pelindung kaca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kepala Bagian Informasi dan Wisata Keraton Kasepuhan Iman Sugiman (61), Batu Gilang sejak dulu berfungsi sebagai penentu arah kiblat.
"Sejak dahulu Batu Gilang sudah digunakan sebagai penentu arah kiblat umat Islam untuk melaksanakan salat, apalagi zaman dahulu belum ada kompas," ujar Iman Sugiman, Senin (13/11/2023).
Sebelum ada museum, Batu Gilang dulunya hanya tergeletak di pelataran keraton Cirebon. Posisinya tepat menghadap ke barat.
Kondisinya terbengkalai dan tanpa perlindungan apapun. Kondisi tersebut membuat orang mudah memegang dan meyentuh batu yang digunakan sebagai penanda arah kiblat itu.
![]() |
Terlebih lagi, mitos yang menyebar adalah jika seseorang bisa mengukurnya menggunakan jari tangan, dan hasilnya sama jika dilakukan berkali-kali. Maka, kesuksesan menghampiri orang tersebut.
"Nama lain dari Batu Gilang sendiri adalah batu kilang atau jengkal, barang siapa yang bisa menjengkal batu gilang dengan jari tangan tiga kali lalu tidak berubah maka orang tersebut akan mendapatkan kesuksesan" ujar Iman.
Seperti halnya mitos-mitos lain, banyak yang masih memercayai mitos mengenai Batu Gilang tersebut. Namun, semenjak dibangun museum pada 2017, pengunjung tidak bisa melakukan lagi hal tersebut karena Batu Gilang sudah dilindungi dengan kaca.
"Sekarang batu gilang sudah diamankan di museum jadi sudah aman" tutur Iman.
Bagi kalian yang berminat untuk melihat batu gilang secara langsung kalian dapat datang ke Museum Keraton Kasepuhan yang terletak dalam kompleks Keraton Kasepuhan dengan membayar biaya tiket masuk sebesar Rp 25.000.
-----
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan