Di Kudus, Jawa Tengah terdapat bendungan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda. Bendungan pengendali banjir itu masih kokoh sampai sekarang.
Bendung Pengendali Banjir Wilalung, begitulah nama bangunan ini. Bendungan itu berada di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Kondisi Bendung Wilalung saat ini masih berdiri dengan kokoh dan kuat. Padahal bendungan itu konon dibangun pada masa penjajahan Belanda. Fungsinya untuk mengendalikan banjir juga sudah tidak perlu diragukan lagi, meski usianya terbilang tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Bendung Wilalung
Berdasarkan papan informasi di kantor operasional Bendung Wilalung, bendungan ini dibangun pada tahun 1918 oleh Belanda.
Tujuan pembangunan bendungan ini konon untuk oncoran sedimentasi, khususnya rawa-rawa yang ada di Kudus dan Pati.
Ini bertujuan agar Belanda bisa menanami daerah rawa dengan tanaman tebu untuk memasok bahan baku ke Pabrik Gula Rendeng Kudus dan Trangkil Pati.
Bendung Wilalung memiliki 11 pintu, terdiri dari sembilan pintu ke arah Sungai Juwana dan dua pintu ke arah Sungai Wulan atau ke arah Demak dan Jepara.
Bendungan ini juga berfungsi untuk mengelola atau mengatur pembagian banjir dari Sungai Serang dan Lusi ke arah Lembah Juwana dan Sungai Wulan.
OP Bendung Wilalung Kudus, Karno mengakui, jika bendungan pengendali banjir tersebut usianya sudah tua. Sehingga ada beberapa pintu yang sudah tidak simetris lagi.
Meskipun demikian, bendungan yang dibuat pada masa penjajahan Belanda itu masih terbilang kuat.
"Sudah tidak simetris tapi masih kuat," jelas Karno ditemui di lokasi, Selasa (6/2/2024) lalu.
Karno mengatakan, dari 11 pintu pengendali banjir hanya tinggal beberapa saja yang masih aktif. Lainnya sudah termakan usia, sehingga tidak bisa dioperasikan lagi.
"Semua pintu total ada 11 pintu, yang masih aktif tiga pintu nomor 6, 7, dan 8 itu arah Sungai Juana semua, yang lain sudah netral," jelas Karno.
Meskipun demikian, pihaknya berharap adanya perhatian pemerintah daerah atau pusat agar melakukan peremajaan bendungan pengendali banjir tersebut.
"Ini karena sudah dimakan usia, karena sudah tua. Kita gunakan yang bisa-bisa saja. Kita sudah usulkan ke dinas terkait tapi hingga sekarang belum ada tindak lanjut," terang Karno.
Selain menjadi pengendali banjir, bendungan ini juga jadi jalan akses warga, khususnya pengguna motor atau pejalan kaki, terutama warga dari Demak ke Kudus atau sebaliknya.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum