Meriahkan Hari Raya Nyepi, Ini 6 Ogoh-Ogoh Spektakuler di Kota Denpasar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Meriahkan Hari Raya Nyepi, Ini 6 Ogoh-Ogoh Spektakuler di Kota Denpasar

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Senin, 11 Mar 2024 07:37 WIB
Parade ogoh-ogoh terbaik karya sekaa teruna dari empat kecamatan di Kota Denpasar mengikuti parade dalam pembukaan Kasanga Fest 2024 di kawasan Catur Muka, Denpasar, Jumat (1/3/2024). (Foto: Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Parade ogoh-ogoh terbaik karya sekaa teruna dari empat kecamatan di Kota Denpasar mengikuti parade dalam pembukaan Kasanga Fest 2024 di kawasan Catur Muka, Denpasar, Jumat (1/3/2024). (Foto: Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Jakarta -

Masyarakat Bali tengah menyambut hari raya Nyepi dengan pawai ogoh-ogoh. Karya seni patung yang gambarkan Bhuta Kala. Berikut enam ogoh-ogoh spektakuler.

Hari raya Nyepi adalah tahun baru Saka yang dirayakan oleh umat Hindu. Pada 2024, hari raya Nyepi jatuh pada Senin (11/03/2024). Umat Hindu akan melakukan tapa brata penyepian atau empat pantangan.

Rangkaian hari raya Nyepi terdiri dari tiga hari, hari Pengerupukan, hari raya Nyepi, dan Ngembak Geni.

Di Bali, hari raya Nyepi identik dengan pembuatan dan pawai ogoh-ogoh yang dilakukan oleh seka teruna teruni di setiap banjar. Nantinya ogoh-ogoh yang sudah dibuat diarak keliling desa ketika Hari Pengerupukan.

Ogoh-Ogoh juga termasuk seni patung yang berasal dari kebudayaan masyarakat Bali yang menggambarkan kepribadian dari Bhuta Kala. Ogoh-ogoh merupakan sebuah benda yang besar dan berbentuk boneka raksasa.

Penasaran dengan kemegahan ogoh-ogoh di Kota Denpasar?

Berikut ogoh-ogoh spektakuler yang ada di Kota Denpasar:

1. Sura Kasuran karya ST. Eka Pramana Banjar Merta Rauh

Banjar Merta Rauh berlokasi di Jalan Trijata II No.10, Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Banjar Merta Rauh dengan ST. Eka Pramana pada tahun 2024 membuat ogoh-ogoh bertajuk "Sura Kasuran" dan berhasil meraih Juara III di Kecamatan Denpasar Utara.

Ogoh-ogoh "Sura Kasuran" menceritakan tentang dua sifat kegelapan yang menjadi dasar munculnya sifat-sifat kegelapan lainnya. Kemabukan (Sura) akan Keberanian (Kasuran) membuat manusia menjadi angkuh. Dua sifat itulah yang membuat manusia jauh dari ajaran Dharma (kebaikan).

2. Teja Lawa karya ST Yowana Werdhi Banjar Batanbuah

ST Yowana Werdhi dari Banjar Batanbuah pada tahun 2024 berhasil meraih Juara II di Kecamatan Denpasar Timur. Dengan ogoh-ogoh bertajuk "Teja Lawa". Banjar Batanbuah berlokasi di Jl. Sulatri No.7, Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali.

Teja Lawa bermakna keberlangsungan hidup setiap makhluk di dunia, bergantung pada teja sebagai komponen utama dalam memproduksi oksigen. Sehingga teja dianggap sebagai gerbang kehidupan yang disebut "lawa".

Teja sebagai penanda sang kala, menjadi gerbang keberlangsungan aktivitas manusia. Teja sebagai tanda hidup & matinya segala makhluk yang ada. Tatkala sang teja bersinar tak semestinya itulah tanda gerbang pralaya dibuka. Apabila teja dalam tubuh manusia melebihi yang semestinya, sifatnya akan menyerupai raksasa dan mengantarkannya pada kehancuran juga. Begitupun tumbuhan apabila tidak mendapatkan teja sang surya maka tak akan ada pangan yang diterima. Semua yang bersinar adalah miliknya yang bercahaya (acintya).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3. Wayabya karya ST. Eka Cita Banjar Abian Kapas Kaja

Banjar Abian Kapas Kaja berlokasi di Jl. WR Supratman No.115, Sumerta, Kecamatan Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali. Tahun 2024, Banjar Abian Kapas Kaja dengan ST. Eka Cita mengusuh tajuk "Wayabya" pada ogoh-ogoh yang dibuat.

Wayabya mengupas tentang pelindung rumah atau pekarangan dalam kehidupan sosial religius masyarakat Bali. Wayabya merupakan salah satu kekuatan alam maha agung yang diyakini sebagai tempat memohon perlindungan dan kekuatan atau kawisesan. Adapun yang dipuja adalah Ida Hyang Durga Manik kairing antuk Sang Kala Raksa tumut pareng Sang Bhuta Hulu Kebo.

4. Bebali Sidakarya karya Banjar Pebean

Banjar Pebean berlokasi di Jl. Wr. Supratman Gg. Gunung Kawi, Kesiman, Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali. Tahun 2024, Banjar Pebean mengangkat ogoh-ogoh bertajuk "Bebali Sidakarya". Bebali sidakarya adalah sebuah referensi atau manuskrip yang membahas perihal bagaimana, siapa, dan untuk apa adanya sidakarya.

Sidakarya yang dimaksud dan ditegaskan pada manuskrip ini adalah " Perputaran Hyang Rawi Tanpa Tindih Ye Ta Mengaron Maha Kala Sidakarya Puja Ya Ta " artinya pergerakan matahari yang tidak terbendungkan, itulah disebut Maha Kala yang disebut Sidakarya, karena yang menyelesaikan siang dan malam.

Mitologi ini di visualkan pada seorang brahmana yang bernama Mpu Kayu Manis yang ibunya dari masab siwa dan ayahnya masab budha yang berusaha menjelaskan kepada seorang raja yang bernama Raja Batatipati. Sidakarya itu sebenarnya adalah Maha Kala.

ADVERTISEMENT

5. Podgala karya Banjar Abian Kapas Tengah

Banjar Abian Kapas Tengah yang berlokasi di Jl. Nusa Indah No.57, Sumerta, Kecamatan Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali mengangkat ogoh-ogoh bertajuk "Podgala". Ogoh-ogoh ini memakan waktu pembuatan sekitar dua bulan, mulai Januari hingga Februari 2024.

Podgala berarti penyucian diri. Berawal dari upacara madiksa yang mempunyai tujuan mulia yaitu meningkatkan kesucian diri guna mencapai kesempurnaan dumadi menjadi manusia. Upacara Madiksa ini bermakna seseorang yang dilahirkan kembali untuk dijadikan pemimpin suci bagi umat Hindu di Bali.

Dalam melahirkan sesuatu yang baik tentunya ada sesuatu kepribadian yang harus bisa dikendalikan seperti tiga sifat dasar pada diri manusia yaitu Tri Guna yang terdiri dari Sattwam (sifat dewasa), Rajas (nafsu, keinginan), dan Tamas (sifat malas,egois, kurang empati). Tiga sifat inilah yang harus dikendalikan atau ditempatkan pada situasi yang tepat. Agar tidak menyalahkan dari arti penyucian diri atau PODGALA.

6. Laliaran karya ST Gemeh Indah Banjar Gemeh

Banjar Gemeh berlokasi di Jalan Mayjen Sutoyo, Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Bar., Kota Denpasar, Bali. Pada tahun 2024, Banjar Gemeh membuat ogoh-ogoh yang bertajuk "Laliaran".

Ogoh-ogoh bertajuk "Laliaran" diambil dari cerita astronomi yang merupakan ilmu paling tua yang dipelajari manusia. Kegiatan gerak matahari bulan dan bintang membentuk pola pada segala yang bergerak dan tak bergerak di bumi. Selama ribuan tahun pengetahuan ini telah dirumuskan dan ditulis sebagai panduan hidup manusia.

Di bali hal serupa dilakukan secara spesifik dengan cara menghitung yang tak hanya menghitung salah satu sumbu putaran dari Sang Hyang Rwa Wisesa Surya (matahari) atau Candra (bulan), tapi keduanya yang menjadi tiga bentuk pengingat: hari, wuku, sasih yang saling bertemu.




(fem/fem)

Hide Ads