Ada banyak kunjungan wisata sejarah yang menarik di Malang. Traveler dapat menjelajahi sisa-sisa kerajaan kuno dan bangunan kolonial Belanda.
Di Malang, wisatawan bisa berjalan-jalan di kawasan heritage, mengamati arsitektur khas Belanda, gereja tua, dan kantor-kantor pemerintah peninggalan kolonial yang kini menjadi objek wisata edukatif.
Tak jauh dari pusat kota, terdapat pula museum-museum sejarah yang menyimpan koleksi artefak dan dokumen penting, seperti Museum Malang Tempo Doeloe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat-tempat ini memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan sejarah Malang, mulai dari era kerajaan, masa kolonial, hingga perjuangan kemerdekaan, sehingga pengalaman wisata menjadi lebih lengkap dan sarat pengetahuan.
Berikut destinasi wisata sejarah di Malang
1. Candi Singosari
Candi Singosari di Malang (Putu Intan/detikcom) |
Ken Arok mendirikan Candi Singosari sekitar tahun 1200-an. Dalam penelitian "Sosialisasi dan Pembudayaan Pelestarian Cagar Budaya Candi Singosari" yang dipublikasikan oleh Jurnal Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (LP2M UM) menunjukkan bahwa Singosari merupakan kerajaan yang kuat dan terkenal pada masanya.
Setelah lebih dari 70 tahun, kerajaan tersebut runtuh. Banyak situs sejarah dari Kerajaan Singosari masih ada hingga saat ini.
Jika traveler ingin berkunjung lokasi Candi Singosari berada di Jalan Kertanegara No. 148, Candirenggo, Kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur.
Traveler hanya perlu membayar Rp 5.000 per orang untuk masuk ke Candi Singosari. Terdapat fasilitas yang cukup lengkap di kompleks candi. Selain itu, jika Anda membawa kendaraan pribadi, akan dikenakan biaya parkir antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
2. Candi Badut
Candi Badut di Malang (Kemdikbud) |
Candi Badut adalah sebuah peninggalan Kerajaan Hindu abad ke-8 yang terletak di Tidar. Dalam istus Kemendikbud, candi ini diperkirakan dibangun sekitar 760 Masehi, menjadikannya pura tertua di Jawa Timur.
Lokasi Candi Badut berada sangat dekat dari pusat kota Malang, yang hanya berjarak sekitar 5 km dari Stasiun Kota Malang. Tepatnya, Candi Badut berada di Jl. Raya Candi V No.5D, Doro, Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Untuk biaya masuk Candi ini gratis atau tidak dipungut biaya, namun hanya membayar parkir saja yang terkadang muncul beberapa warga yang mengurus dan menjaga Candi tersebut.
3. Museum Brawijaya
Candi Dukuh di Semarang Peninggalan Brawijaya V di Malang (dok. Antara) |
Melansir Perpustakaan Universitas Brawijaya, museum ini didirikan oleh Brigjen TNI (Purn) Soerachman (mantan Pangdam V/ Brawijaya tahun 1959-1962) pada tahun 1962. Pada Bio Instagram @museum_brawijaya lokasi museum tersebut di Jl. Ijen No. 25A, Gading Kasri, Kota Malang.
Bagi traveler yang ingin mengunjungi Museum Brawijaya bisa masuk dengan membayar tiket sebesar Rp. 10.000 per orang dengan jam layanan Senin hingga Jumat pada pukul 08.00 - 15.00 WIB serta Sabtu dan Minggu 08.00 - 13.00 WIB.
4. Museum Musik Indonesia (MMI)
Beragam kaset dan majalah yang tersimpan di Museum Musik Indonesia Malang. (M Bagus Ibrahim/detikJatim) |
Museum musik satu-satunya di Indonesia adalah museum ini. Sejarah MMI sebenarnya dimulai jauh lebih awal, meskipun Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Bekraf) baru secara resmi membuka museum ini pada 19 November 2016.
Komunitas Pecinta Musik Katjoetangan (Kayutangan), yang telah ada sejak 1970-an, adalah tempat MMI bermula.
Kelompok ini terdiri dari para pecinta musik yang siap mengorbankan waktu, uang, tenaga, dan diri mereka sendiri untuk melindungi warisan musik yang ada saat ini. Dulu, aktivis seni di Malang dikenal sering berkumpul di Kayu Tangan.
Meskipun museum ini merupakan satu satunya museum musik Indonesia, lokasi MMI terletak tidak di daerah ibu kota Jakarta, melainkan di Jl. Nusakambangan No.19, Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur
Buat traveler, terutama pecinta musik indonesia, MMI dapat dikunjungi Selasa hingga Minggu yang beroperasi mulai pukul 10.00-17.00 WIB dengan harga tiket Rp 10.000 saja, lho.
5. Museum Mpu Purwa
Proses Perawatan Koleksi Kuno di Museum Mpu Purwa Kota Malang (M Bagus Ibrahim/detikJatim) |
Museum ini mengkoleksi peninggalan masa Kerajaan Hindu-Buddha. Koleksi tersebut dari peninggalan Kerajaan Kanjuruhan, Singhasari, Majapahit, Kediri, dan Mataram Kuno diwakili di antara lima koleksi arca dan prasasti kerajaan.
Untuk para traveler pegiat sejarah terutama yang suka dengan koleksi-koleksi kerajaan Hindu-Buddha, lokasi museum ini berada di Jl. Soekarno Hatta No.210 Blok B, Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
Melansir bio Instagram @museum_mpupurwa Museum ini tutup setiap Senin. Museum buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 08.30 hingga 15.00 WIB, kecuali Jumat dari pukul 08.30 hingga 14.00 WIB.
Pengunjung hanya perlu memindai barcode di meja depan untuk membuktikan bahwa mereka telah menandatangani buku tamu guna mendapatkan akses gratis.
6. Kayutangan Heritage
Kampung Heritage Kayutangan Malang (Istimewa) |
Kajoetangan Heritage sejak zaman kolonial atau yang kini dikenal sekarang dengan nama Kayutangan Heritage. Desa ini, yang memiliki banyak rumah bersejarah yang terawat dengan baik, telah dikembangkan menjadi destinasi wisata yang populer.
Dikutip dari jadesta, sisa-sisa kejayaan masa kolonial di kampung Kayutangan masih terjaga rapi dan menjadi potensi besar dan terpendam yakni bangunan-bangunan tua dan bersejarah seperti Makam Mbah Honggo, Kuburan Tandak, Langgar tua, Pasar Talun, Terowongan dan lain-lain.
Jika traveler ingin berkunjung ke bekas kampung yang terkenal kumuh di zaman kolonial, bisa masuk melalui Simpang Kayutangan yang berlokasi di Simpan kayutangan malang, Jenderal Basuki Rahmat No.32, Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
7. Balai Kota Malang
Balai Kota Malang (Muhammad Aminudin) |
Balai Kota Malang adalah salah satu bangunan ikonik yang mencerminkan perjalanan Kota Malang dari masa kolonial hingga saat ini. Gedung itu dibangun mulai 1927 dan resmi dibuka pada November 1929.
Sebelum ada balai kota itu, kantor pemerintahan Malang dipusatkan di daerah Kayutangan. Karena tidak memadai lagi seiring perkembangan kota, balai kota dipindahkan di lokasi sekarang, Jalan Tugu, Kota Malang.
Ide untuk mendirikan gedung itu diprakarsai oleh Meneer Belanda J. P. Coen. Dia berencana sekaligus membangun alun-alun Kota Malang, yang juga dikenal dengan sebutan Alun-Alun Bunder.
Gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda, H.F. Horn, dan interiornya dipercayakan kepada C. Citroen dari Surabaya. Balai Kota Malang dibangun dengan desain arsitektur bergaya Indische Empire yang megah dan fungsional. Anggarannya tak main-main mencapai 287.000 gulden.
Bangunan itu terdiri dari dua lantai dengan total 13 ruangan, serta dilengkapi dengan sistem pendingin alami yang memanfaatkan aliran udara dari sungai di dekatnya.
Dulu balai kota itu berfungsi sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda. Kemudian, setelah Indonesia merdeka pada 1945, gedung itu diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan berfungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan Kota Malang.



















































Komentar Terbanyak
Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi
PB XIV Purbaya Hadiahi Kenaikan Gelar buat Pendukungnya, Tedjowulan Merespons
Makam Ulama Abal-abal di Lamongan Dibongkar, Namanya Terdengar Asing