Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Putri Rizki Yulianti|14658|RIAU & JAMBI|42

Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Selasa, 09 Agu 2011 10:35 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Perkampungan Rantau Panjang
Ambung
Muara sungai
Areal Pemakaman Kuno
Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang
Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang
Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang
Pemegang Teguh Rumah Adat Rantau Panjang
Jakarta -

Di Kecamatan Tabir sekitar 30 km dari kota Bangko terdapat perkampungan rumah adat Rantau Panjang. Perkampungan ini menjadi cikal bakal perkembangan peradaban di Merangin. Di belakang desa ini terdapat muara Ujung Tanjung Muara Sumaio. Dahulu, muara sungai ini menjadi lalu lintas kegiatan masyarakat sehari-hari. Di tepi muara sungai juga terdapat makam-makan kuno yang hanya bernisankan kayu Sungkai yang telah membatu.

Awalnya di kampung tersebut hanya terdapat 19 rumah. Rumah ini berarsitektur panggung dengan ditopang beberapa tiang di bagian kolong rumah dan dinding kayunya dihiasi ukiran-ukiran. Seiring dengan bertambahnya keturunan, kini terdapat 60 rumah sejenis di perkampungan tersebut.

Rumah panggung tersebut terbagi atas tiga ruangan. Ruang pertama merupakan tempat pertemuan yang lantainya terbagi menjadi tiga bagian yang disekat-sekat dengan kayu berukuran 10 cm yang disebut Ideh. Lantai Bagian tengah untuk tamu dan keluarga, lantai yang agak tinggi yang disebut Balai Melintang untuk ninik mamak dan alim ulama, sedangkan lantai lorong menuju ke ruang kedua yang disebut Gaho diperuntukkan bagi pekerja. Ruang ke dua merupakan Mengalam yaitu kamar tidur. Di ruang ke tiga terdapat dapur. Seperti rumah adat Melayu yang lain, setiap rumah memiliki lumbung padi atau bilik yang terpisah dari rumah panggung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah adat ini dirancang tahan gempa dengan memasang bantalan yang disebut kayu Sendi pada bagian bawah tiang. Kayu sendi umunya terbuat dari kayu Sungkai. Dengan rancangan ini, rumah akan tetap berdiri meski sering dihantam gempa. Salah satu rumah yang dinamakan rumah Tuo sudah berusia sekitar 700 tahun. Tuanya rumah dibuktikan dengan bantalan kayu Sungkai yang telah membatu. Rumah ini melambangkan struktur keturunan matrilineal, anak perempuan akan mewarisi rumah. Saat ini, rumah tersebut dihuni oleh nenek Remot yang merupakan pewaris generasi ke 14.

Masyarakat Rantau Panjang tetap memegang teguh kelestarian rumah adat mereka. Walaupun arus modernisasi telah masuk ke daerah ini dengan terlihat adanya parabola disetiap rumah, ternyata mereka tetap menghuni dan menjaga rumah tersebut. Kaum wanita kampung Rantau Panjang juga masih menjalani kebiasaan membawa barang dengan ambung, keranjang terbuat dari bambu atau rotan dan bertali dari kulit kayu yang dibawa dengan menggantungkan tali di atas kepala. Selain itu, masyarakat juga masih melaksanakan tradisi yang sudah diwariskan leluhur mereka, yaitu pagelaran pencak silat di halaman rumah Tuo menjelang Idul Fitri dan tradisi Ikan Larangan, yaitu menaruh keramba di muara sungai yang akan diangkat pada waktu yang telah ditentukan.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads