Kaki Gunung Ungaran: Menyusuri Jalur-jalur Tersembunyi Bag. 2

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kaki Gunung Ungaran: Menyusuri Jalur-jalur Tersembunyi Bag. 2

Muhirin Spd - detikTravel
Rabu, 24 Agu 2011 16:44 WIB
loading...
Muhirin Spd
img0174bjpg
foto007jpg
Kaki Gunung Ungaran: Menyusuri Jalur-jalur Tersembunyi Bag. 2
Kaki Gunung Ungaran: Menyusuri Jalur-jalur Tersembunyi Bag. 2
Jakarta - Udara dingin membekukan tubuhku, kaos oblong, dan dua lapis jaket ini  tak mampu menahan kekuatan lapisan stratosfer pegunungan ini. Aku terus  melaju, semakin kencang semakin terasa dingin menusuk-nusuk tubuhku,  bagaikan paku-paku tajam yang menyerang kulit dan dagingku. Semakin ke  barat aku berjalan semakin naik pula ketinggianku dari permukaan laut.  Lapisan Atmosfer semakin tipis dan suhu turun secara kontinyu mengikuti  ketinggian permukaan tanah.

Ku pandang di selatan, nampak gundukan tanah raksasa memandangiku  dengan congkak, seolah ia menertawakan seorang pegendara kumal dengan  motor buntutnya, ku acungkan jari tengahku kepadanya, "aku pasti  menaklukanmu" teriakku kepadanya. Tapi ia malah tertawa terbahak-bahak.  Aku belum punya waktu saat ini, aku harus meneruskan perjalananku,  tunggu aku Gunung Ungaran, tunggu waktunya tiba.

Di sepanjang perjalanan di kiri kananku dihiasi dengan hutan-hutan  penduduk yang ditanami dengan pohon-pohon bangunan, sengon mahoni,  jati, pohon buah-buahan durian, rambutan, mangga, pisang, salak. Kadang  aku melewati pemukiman penduduk yang tentunya tak seramai Ibukota  Jakarta yang tiap hari kena macet, penduduk disini rata-rata petani,  penjual buah, atau buruh pabrik di daerah Kota Semarang. Walau  tanah-tanah mereka luas mereka cukup bahagia apabila kebutuhan hidup  kesehariannya terpenuhi. Ada pula yang beruntung bila tanah mereka di  sukai oleh bos-bos dari kota, kadang untuk tower BTS telepon seluler,  atau untuk perumahan, otomatis mereka kaya mendadak dan menjadi pusat  perhatian di kampungnya. Selanjutnya mesin-mesin besarpun didatangkan  dari kota, menggasak pohon-pohon, tumbuhan-tumbuhan, hewan-hewan, dan  seluruh ekosistem yang ada di dalamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah aku melewati ungaran, gunungpati aku melewati sebuah pusat  keramaian di daerah Boja, pasar ini begitu sesak, sampai-sampai aku  susah melaju kenaraanku, hiruk pikuk penduduk pasar menutupi  jalan-jalan kendaraan, angkutan-angkutan, angkot, dokar, sepeda motor,  mobil pribadi saling-silang memadati perjalanan.

Aku berhenti sejenak, menemui seorang pedagang kaki lima, aku  menanyakan tujuanku selanjutnya ke Sukorejo. "Lurus mawon mas" sahutnya  dengan dialek khas Semarang-Boja, "Kulo Badhe Theng Kajen Pak", sahutku   menyampaikan tujuan finalku, aku sodorkan lembaran-lembaran peta, yang  aku cetak dari Google Maps, Ia geleng-geleng kepala dan terheran-heran  dengan tujuanku, dan ia tidak tau apa jalan ini bisa sampai ke tujuan  akhirku. Diriku lebih bingung lagi bagaimana Google yang bikinan orang  luar negeri sana bisa tau jalan ini, sedangkan penduduk setempat tidak  tau jalur ini.

Aku semakin yakin, ini memang benar-benar jalur-jalur tersembunyi.

Hide Ads