Belanja Oleh-Oleh di Wat Arun Thailand, Bisa Pakai Rupiah!
Selasa, 14 Mar 2017 10:47 WIB

Darwance Law
Jakarta - Traveler yang belanja oleh-oleh ke Wat Arun, Thailand pasti akan sedikit terkejut. Pedagang di sana menerima uang rupiah, dan bisa berbicara bahasa Indonesia!Seusai menjelajahi sebuah destinasi, terasa ada yang kurang bila tak singgah membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Oleh-oleh bentuknya beragam rupa, mulai dari kue khas, baju kaos, sampai suvenir berupa gantungan kunci.Aktivitas belanja oleh-oleh macam ini pun bisa dilakukan saat bertandang ke Wat Arun, candi unik di tepi Sungai Chao Phraya tak jauh dari pusat Kota Bangkok di Thailand. Hebatnya, selain bisa berbahasa Indonesia, penjual disini menerima uang dalam satuan rupiah! Penasaran?"Silakan naik ke atas kapal terlebih dahulu," begitu kata Oom Pacha, pemandu kami setelah portal pelabuhan dari kayu itu dibuka.Dari kejauhan, terlihat jelas sebuah bangunan tinggi serupa candi dengan puncaknya yang sontak mengingatkan saya pada Candi Prambanan yang ada di Indonesia. Saya yakin, itulah Wat Arun yang akan kami datangi. Setahu saya, wat Arun adalah sebuah pagoda yang menjadi salah satu daya tarik Thailand di sektor pariwisata.Lagipula, sepanjang mata memandang mengikuti alur Sungai Chao Phraya yang panjang lagi luas, tak tampak bangunan serupa. Jadi, saya semakin yakin bila bangunan yang tampak sedang di renovasi itu adalah Wat Arun."Itu dia tempatnya," sela Oom Pacha seraya menunjuk sebuah tempat yang tak lain adalah bangunan yang sedari tadi saya perbincangkan dalam hati.Penumpang datang kelompok demi kelompok. Perahu yang kami tumpangi pun mulai sesak. Selang tak berapa lama, perahu yang ternyata khusus mengangkut wisatawan yang hendak menyeberang ke Wat Arun ini ini berjalan di atas aliran Chao Phraya yang nyaris tanpa riak. Gedung-gedung pencakar langit Bangkok terlihat berjejer gagah, diselingi puncak-puncak beberapa pagoda.Perahu wisata lalu lalang, berbaur dengan kapal raksasa yang berdasarkan penjelasan Om Pacha adalah kapal pengangkut kebutuhan pokok masyarakat Thailand. Lalu, Wat Arun pun tampak gagah di depan mata.Mengikuti jejak langkah Oom Pacha, saya dan adik melangkah seraya tetap menatap puncak Wat Arun yang sungguh menggoda untuk segera dijelajahi. Hari itu, Wat Arun sesak oleh wisatawan, tak terkecuali wisatawan yang berasal dari Indonesia.Padahal, kala itu Wat Arun sedang direnovasi, sehingga ada bagian yang ditutup dan tidak bisa dimasuki untuk sementara waktu. Tapi, semuanya tidak menghilangkan pesona Wat Arun yang sudah tersohor, utamanya di kawasan Asia.Sebagaimana candi-candi yang ada di Indonesia, di area wisata Wat Arun juga berdiri pasar yang khusus menjual oleh-oleh khas Thailand. Mirip dengan Candi Borobudur dan Prambanan di Indonesia. Oom Pacha bilang, oleh-oleh di sini harganya jauh lebih murah dibandingkan di tempat lain yang ada di Thailand.Selain itu, para penjual di sini hampir semuanya bisa berbahasa Indonesia. Selain bahasa, mata uang milik Indoneisa juga diterima di sini, tak harus pakai baht milik Thailand."Mereka sengaja kursus Bahasa Indonesia, karena banyak orang Indonesia yang datang ke sini," jelas Oom Pacha.Setelah puas menikmati Wat Arun yang jangkung, saya dan adik langsung meminta waktu pada Oom Pacha menuju sebuah sisi dimana pasar oleh-oleh berada, sementara beliau menunggu pada sebuah warung seraya menyeruput sebotol minuman berwarna. Di dalam, suasana begitu riuh oleh beragam bahasa, tak terkecuali Bahasa Indonesia yang boleh dibilang mendominasi.Saya dan adik beberapa kali saling bertatapan seraya tersenyum sebab melihat hal agak unik ini. Setelahnya, mulailah kami berburu barang-barang unik yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang, yang paling banyak adalah miniatur bangunan-bangunan identitas Thailand dan gantungan kunci."Terimakasih banyak," kata penjualnya dalam Bahasa Indonesia yang fasih seraya menerima beberapa lembar rupiah dari kami.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!