Jakarta - Mendengar nama Wae Rebo, rasa damai langsung terasa. Terselip di antara Pegunungan Flores, pemandangan Wae Rebo pasti akan membius traveler. Desa indah yang terselip di dalam belasan kilometer hutan Manggarai, inilah desa bernama Wae Rebo atau disebut dengan baru' niang. Desa ini yang terletak tepat di Flores Dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.Layaknya sebuah desa yang berada di atas awan. Tidak mudah untuk sampai di desa ini, sahabat traveler harus berjalan beberapa kilometer untuk dapat menikmati indahnya bagian dari Indonesia yang terselip diantara pegunungan ini.Panorama alam yang berupa pegunungan seakan bersatu dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut yang akan memberi sensasi tersendiri bagi sahabat traveler yang berkunjung ke sini. Secara geografis, desa ini berada di barat daya Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.Tujuh rumah adat Wae Rebo tersebut mempunyai filososfi dari tujuh buah bukit yang berada di sekitar/mengelilingi Wae Rebo, ini adalah bentuk kehormatan dari alam yang memberikan kehidupan bagi masyarkat sekitar.Oh iya, jangan heran jika masuk ke desa ini akan ada ritual yang akan dilakukan. Ritual ini bertujuan untuk memberikan keselamatan kepada pengunjung yang datang. Rumah yang paling besar adalah tempat untuk melakukan ritual tersebut yang bernama rumah gendang.Ada beberapa desa yang akan sahabat traveler lewati, seperti Desa Todo, Pela, Dintor dan terakhir Desa Denge, desa terakhir untuk menuju ke Desa Wae Rebo.Persiapkan fisik kalian jika ingin berkunjung ke Wae Rebo, sebab jalan yang menanjak dengan kontur tanah yang sedikit labil dan licin jika hujan membuat adrenalin sahabat traveler makin terpacu, atau malah kelelahan. So, persiapkan segala untuk menikmati desa yang terselip di antara indah alam Flores.












































Komentar Terbanyak
KGPH Mangkubumi Bantah Khianati Saudara di Suksesi Keraton Solo
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Keraton Solo Memanas! Mangkubumi Dinobatkan Jadi PB XIV