Pengalaman Tak Terduga Saat Naik Motor di Vietnam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pengalaman Tak Terduga Saat Naik Motor di Vietnam

Panji Gusti Akbar - detikTravel
Rabu, 13 Des 2017 12:40 WIB
Jakarta - Di Kota Dalat, Vietnam, ada rental motor yang bisa disewa wisatawan. Traveler pun bisa keliling kota naik motor, tak harus menanti angkutan umum.Ketika kami mengunjungi Dalat beberapa waktu yang lalu, kami berpikir keras bagaimana cara terbaik untuk berkeliling ke berbagai destinasi di sekitar kota. Dari beberapa forum traveling yang kami baca, hampir semuanya mengatakan bahwa transportasi umum di Dalat kurang bisa diandalkan.Satu-satunya transportasi yang bisa diandalkan hanyalah taksi, Xe Om (ojek motor), dan rental kendaraan. Karena taksi terasa terlalu mahal dan Xe Om dirasa kurang fleksibel untuk dua orang, saya pun terpikir untuk menyewa sebuah sepeda motor."Oke, tapi kamu yakin bisa menyetir di Vietnam?" tanya Jens, kawan traveling saya dari Denmark yang belum terbiasa mengendarai motor.Lalu lintas di Vietnam menggunakan jalur kanan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan jalur kiri. Meskipun sudah sering mengendarai sepeda motor, saya tetap merasa was-was saat berpikir bagaimana caranya menyetir di sisi jalan yang berbeda.Lebih parah lagi, saya tidak punya SIM internasional, meskipun hal ini tidak terlalu dipersoalkan oleh pihak rental. Namun demi menekan biaya traveling, saya pun menepis rasa ragu tersebut dan tetap bersikeras untuk menyewa sepeda motor."Oke, hidup saya ada di tangan kamu," jawab Jens.Kami memutuskan untuk menyewa motor di hotel tempat kami menginap. Biaya sewa di sini sedikit lebih mahal dari biaya sewa standar di tempat rental (100 Dong), namun kami tidak perlu meninggalkan paspor sebagai jaminan. Resepsionis hotel pun membawa kami ke garasi tempat motor tersebut di simpan.Motor yang kami sewa adalah sejenis skuter matic dengan mesin kecil seperti yang ada di Indonesia. Dari tampilannya, motor ini terlihat agak tua namun cukup terawat. Terdapat 2 helm gayung bergaya retro yang termasuk dalam paket penyewaan. Ternyata helm seperti ini jauh lebih digemari di Vietnam ketimbang helm half-face atau full-face yang lebih aman. Alasannya? karena lebih ringan dan lebih adem.Setelah memanaskan mesin, saya pun menarik gas dan langsung berangkat ke destinasi tujuan kami yang pertama: Danau Tuyen Lam yang berada sedikit di luar kawasan kota. Meskipun awalnya terasa kagok, ternyata menyetir di sisi jalan yang salah tidak sesulit yang saya kira. Selama masih ada kendaraan dari sisi lain, alam bawah sadar saya secara otomatis mengatur saya untuk tetap berada di sisi jalan yang benar.Nah, masalah mulai datang ketika saya harus memasuki bundaran (roundabout). Karena belum terbiasa, saya pun harus berpikir 2 kali tentang sisi mana yang harus saya masuki. Berulang kali saya harus memelankan laju kendaraan di bundaran, yang berujung pada sahut suara klakson dari kendaraan belakang saya.Parahnya, ternyata Kota Dalat ini punya banyak sekali bundaran. Saya sama sekali tidak melihat adanya lampu lalu lintas selama berada di Da Lat, semua persimpangan dan pertigaan diatur dengan menggunakan bundaran.Beberapa kilometer dari hotel, saya baru sadar kalau tangki bensin kami hampir habis. Kami pun bertanya ke warga setempat lokasi pom bensin terdekat. Sampai di lokasi, munculah masalah kedua: saya nggak bisa membuka tangki bensin!Seperti di Indonesia, tangki bensin di sini terletak di bawah jok. Nah untuk membuka jok tersebut, kita tidak menggunakan lubang kunci di sisi motor, namun dengan satu tombol yang ada di pinggir lubang kunci kontak.Teknologi seperti ini sebenarnya sudah ada di Indonesia dan saya pun sudah beberapa kali menggunakan sepeda motor dengan teknologi serupa. Namun entah kenapa untuk motor rental ini saya tidak bisa membukanya sama sekali.Beruntung petugas pom bensin mau membantu saya membukanya. Meskipun tidak bisa berbahasa Inggris, petugas pom bensin ini mengerti betul berapa jumlah bensin yang kami minta.Ketika kami keluar dari kawasan kota, masalah ketiga pun mulai muncul. Lalu lintas yang sangat sepi serta pemandangan hutan pinus yang damai membuat saya sering melamun ketika menyetir. Nah, di saat inilah alam bawah sadar saya kembali ke Indonesia: perlahan-lahan saya membelokan setir ke sisi jalan yang salah!Untunglah, setiap kali saya hampir melewati garis batas pemisah jalan, Jens langsung mengingatkan saya. Dia mewanti-wanti saya untuk tetap fokus berkendara, apalagi saat menggunakan kendaraan rental di negeri orang.Masalah keempat datang ketika kami mulai mencapai jalan yang kurang rata. Suspensi motor yang kami gunakan benar-benar buruk, sehingga semua guncangan terasa betul menghantam pinggul dan punggung kami. Sialnya, yang paling merasakan dampak hal ini adalah Jens yang baru saja menjalani operasi di lututnya. Selesai berkendara, Jens akan terduduk lemas di pinggir jalan sambil meratapi rasa nyeri yang menjadi-jadi.Selain keempat hal masalah tadi, ternyata saya tidak menemukan masalah yang benar-benar berarti selama 4 hari mengendarai motor di Dalat. Perlahan-lahan kami pun mulai terbiasa dengan lalu lintas Dalat yang padat, meskipun Jens masih harus menahan rasa sakit ketika melewati lubang atau polisi tidur. Kami pun berhasil menjalani 4 hari yang menyenangkan di Dalat tanpa mengalami insiden apapun. Yang lebih penting, biaya yang harus kami keluarkan pun jadi lebih murah! (travel/travel)

Hide Ads