Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng

Neny Setiyowati - detikTravel
Rabu, 13 Jun 2018 09:55 WIB
loading...
Neny Setiyowati
Masjid Niujie dibangun pada tahun 996, merupakan masjid tertua dan terbesar di Beijing
Pintu gerbang menuju ke komplek Masjid Niujie. Terletak di jalan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing
Tempat beribadah di Masjid Niujie dengan arsitektur China dan sentuhan Arab
Tempat ibadah tampak dari luar, gaya arsitekturnya mirip dengan aula utama di Forbidden City yang merupakan ciri khas bangunan Dinasti Qing
Kaligrafi ayat Al Quran pada salah satu dinding kompleks Masjid Niujie
Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng
Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng
Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng
Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng
Masjid Tertua di Beijing yang Mirip Kelenteng
Jakarta - Wisata religi di Beijing, China, traveler dapat mengunjungi masjid yang disebut-sebut sudah ada sejak berabad-abad lalu. Itulah Masjid Niujie.Islam disebut telah hadir di China sejak lebih dari 1.400 tahun lalu. Pantas saja jika Beijing memiliki masjid yang sudah berumur lebih dari 1.000 tahun. Dan tidak heran bila masjidnya bernuansa klenteng, khas bangunan tua China.Umat muslim merupakan minoritas dengan jumlah 23 juta orang atau sekitar 1,7 persen dari total penduduk China. Di Beijing sendiri ada sekitar 200 ribu jiwa. Dari beberapa masjid yang ada terdapat satu yang tertua, terbesar dan terindah adalah Masjid Niujie.Mengetahui hal ini saya yang sedang di Beijing tidak melewatkan untuk mendatanginya. Penasaran seperti apa penampakannya. Kebetulan posisi saya di Temple of Heaven yang jaraknya dekat.Dengan menumpang bus membawa saya ke halte Niujie Libaisi. Berjalan di atas trotoar jalan Niujie melewati sederetan toko-toko dan restaurant halal. Ditandai dengan penjualnya memakai peci putih.Dalam bahasa China Niujie berarti jalan sapi. Dinamakan demikian karena warga di sekitar area ini menjual masakan halal terutama daging sapi. Bahkan sejak Dinasti Qing, pasarnya sudah terkenal sengan perdagangan daging sapi dan kambing.Total ada sekitar 13 ribu warga muslim di kawasan Niujie. Setelah berjalan berpuluh meter belum ketemu juga masjidnya. Tapi memang bangunannya tidak seperti masjid jadi mungkin sudah terlewat. Saya putuskan untuk bertanya saja. Dan benar sudah kelewatan, letaknya ada di seberang jalan.Berdiri tepat di pinggir jalan Niujie di Distrik Xuanwu, dari luar masjid Niujie tampak seperti kelenteng karena bangunannya bernuansa khas China. Tapi setelah sampai di pintu gerbang akan terasa beda karena ada tulisan ayat Al Quran yang menandakan bahwa bangunan ini adalah masjid. Untuk muslim tidak diberlakukan tiket untuk memasuki masjid. Sedangkan non muslim harus membayar tiket seharga 10 Yuan (Rp 21 ribu) dan tidak diperbolehkan memakai celana atau rok pendek.Masjid Niujie dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao. Masjid ini juga merupakan titik awal masuknya Islam di daratan China. Tapi sayang masjid ini dihancurkan tentara Mongol pada tahun 1215.Lalu pada masa Dinasti Ming pada tahun 1443 masjid ini dibangun kembali. Dan pada tahun 1696 pada masa Dinasti Qing masjid ini diperluas. Awalnya masjid ini bernama Libaisi yang diberikan oleh Kaisar Chenghua pada tahun 1474. Tapi karena letaknya di Niujie, disebut Masjid Niujie. Sejak berdirinya RRC pada tahun 1949, masjid ini telah mengalami 3 kali renovasi di tahun-tahun yang berbeda.Masjid Niujie memang tidak seperti bangunan masjid pada umumnya. Terdiri dari beberapa bangunan terpisah seperti minaret, tablet pavilion, kamar mandi, moon house dan ruang ibadah.Minaretnya pun unik berbentuk seperti pagoda 2 lantai. Di sinilah Muadzin mengumandangkan adzan tanpa mikrophon. Sedangkan moon house adalah menara pengamat bulan yang tingginya 10 meter yang berfungsi untuk mengetahui posisi bulan untuk menentukan waktu berpuasa.Ruang ibadah terletak di sebelah minaret yang berluaskan 600 meter persegi dan berkapasitas 1.000 jamaah. Tentunya ruangan ini menghadap kiblat dan hanya terbuka bagi muslim saja. Design interiornya bergaya China dengan sentuhan Arab.Pola dekorasinya serupa dengan aula utama di Forbidden City yang merupakan ciri khas arsitektur Dinasti Qing. Dengan nuansa merah, hijau dan biru. Kaligrafi ayat-ayat Al Quran dalam huruf Arab dan China, lukisan bunga dan hiasan kaca menghiasi ruangan ini.Sedangkan tablet pavilion adalah prasasti batu yang menuliskan sejarah masjid. Di belakang kompleks masjid terdapat hutan cemara dan 2 buah makam bertuliskan huruf Arab milik 2 orang imam asal Persia yang dulu berdakwah di sini. Yakni makam Ahmad Burdani tahun 1320 dan Ali tahun 1283. Tulisan pada makam tersebut menggambarkan jelas sejarah Islam di China.Tak terasa setelah mengelilingi kompleks masjid yang totalnya berluaskan 6.000 meter persegi ini. Waktu magrib pun tiba dengan terdengarnya suara adzan dari muadzin. Saya pun bergegas mengambil air wudhu untuk kemudian salat. Rasa syukur yang berlipat-lipat saya rasakan karena bisa beribadah terlebih lagi di dalam masjid yang sangat bersejarah ini.
Hide Ads